TK Kristen Souhuru, Akhiri Roadshow Pembinaan UKS Untuk 10 Lembaga

by -127 Views

Ambon,MollucasTimes.com-Roadshow pembinaan Usaha kesehatan Sekolah (UKS) dalam upaya percepatan penurunan stunting untuk sepuluh lembaga berakhir di TK Kristen Souhuru, Hatiwe Besar Kecamatan Teluk Ambon.

“Hari ini kami menggelar pembinaan UKS sebagai bagian dari upaya percepatan penurunan stunting, dimana ada sepuluh lembaga yang menerima bantuan dari Kementerian Pendidikan untuk melaksanakan kegiatan dimaksud. Dan lembaga kami adalah yang terakhir melaksanakan pembinaan UKS dengan memperhatikan delapan indikator PAUD HI,” aku Kepala Sekolah TK Kristen Souhuru, Sandra Sitania, S.Pd, AUD, Jumat 19/08/2022.

Dalam kegiatan tersebut dihadirkan 4 (empat) orang nara sumber. “Mereka adalah fasilitator yang mengikuti Trainee of Trainer di Makassar. Totalnya ada 20 (dua puluh) orang fasilitator, yang terbagi sepuluh (10) dari PAUD dan sisanya dari TK,” timpal wanita berkacamata itu.

Nara sumber pertama, Salamah Saima S.Pd membagikan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan.

“1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) disebut juga sebagai Periode Emas buah hati, karena pada periode ini otak dan seluruh organ akan berkembang sangat pesat. Kekurang gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak buah hati dalam kandungan sampai berusia 2 tahun, tidak bisa digantikan dimasa kehidupan selanjutnya. Karena itu, gaya hidup sehat dan memenuhi asupan nutrisi seimbang sebaiknya mulai diterapkan dari awal masa kehamilan, hal ini dapat mencegah buah hati mengalami kekurangan gizi, diabetes, obesitas dan tumbuh lebih pendek (stunting) yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya dan akan berpengaruh pada kualitas sumberdaya manusia,” jelasnya.

Karenanya, asupan gizi seimbang menjadi perhatian. “Asupan gizi misalnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan, ASI diteruskan hingga usia anak 2 tahun, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan. Selain itu, harus dilakukan imunisasi untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit diantaranya diare, infeksi saluran nafas (pneumonia), DHF, TB Paru, dan Campak,” tandasnya.

Jika anak tidak mendapat gizi yang cukup dalam periode emas, maka pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak terhambat, dan anak  menjadi pendek (stunting). “Mudah lemah dan sakit, berkurang kecerdasan berpikirnya. Pada fase dewasa berisiko tidak berprestasi saat di sekolah dan tidak produktif saat bekerja,” pungkasnya.

Selain 1000 HPK, Perilaku Hidup Besih Sehat (PHBS) juga dipaparkan oleh Kepala Sekolah TK Leahari, Lenny Philips.

“Dalam PHBS ada indikator yang perlu menjadi perhatian sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan diantaranya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dd rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah,” rinci Philips.

Sedangkan untuk PAUD sendiri ada juga indikator PHBS yang harus dilakukan baik di sekolah maupun di rumah.

“Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun, mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya,” paparnya.

Dikatakan, seluruh indikator harus diperhatikan oleh guru maupun orangtua di rumah. “Kebersihan diri, memperhatikan kesehatan gigi, memotong kuku jari tangan yang sudah panjang. Selain itu diajarkan juga membereskan mainan. Kita beharap dengan pengetahuan tentang PHBS ini maka orangtua dan guru bisa kolaborasi memperhatikan pola hidup bersih baik di rumah maupun di sekolah sehingga mellahirkan generasi sehat, cerdas dan mandiri,” tandasnya.

Nara sumber berikut memaparkan tentang Percepatan Penurunan Stunting.

“Percepatan Penurunan Stunting adalah setiap upaya yang mencakup Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif yang dilaksanakan secara konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas melalui kerja sama multisektor di pusat, daerah, dan desa. Referensi: Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 12 Tahun 2021,” jelas Kepala Sekolah TK Kristen Seilale, Theodora Sina, S.Pd.

Ada lima pilar dalam percepatan penurunan stunting sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. 

“Pertama, peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten kota dan pemerintah desa. Tujuannya memastikan pencegahan stunting menjadi prioritas pemerintah tingkat pusat, daerah, hingga tingkat desa. pilar kedua, Peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman serta mendorong perubahan perilaku untuk mencegah stunting. Yang ketiga Peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif di kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa dengan tujuan memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, dan desa. Pilar keempat Peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat, tujuannya meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan. Serta pilar kelima Penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi, bertujuan untuk meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran,” tandas Sina.

Sedangkan materi terakhir dibagikan fasilitator Sophia Souhuwat, S.Pd, AUD terkait Stimulasi Psikososial.

“Kondisi psikososial terjadi melalui proses perkembangan pada usia awal kehidupan yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan pribadi manusia serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Perkembangan yang tidak optimal akan berdampak ketika seorang anak menjadi dewasa dengan masalah psikososial, yaitu: cemas, khawatir berlebihan, takut,  mudah tersinggung, sulit konsentrasi, bersifat ragu-ragu/merasa rendah diri, merasa kecewa, pemarah dan agresif dan sebagainya,” demikian Souhuwat.

Perkembangan psikososial anak menurutnya, sangat penting dalam membentuk rasa percaya diri dan kemandirian. 

“Saat anak mulai memasuki usia sekolah, pola perilaku sosial akan terlihat. Karena ruang gerak dan lingkungan sosial tidak lagi terbatas pada keluarga melainkan ada teman sebaya, guru, adik dan kakak kelas, dan lainnya. Anak sejak usia dini perlu dipersiapkan kepribadiannya sebagai makhluk sosial. Nah, pola asuh orang tua akan membentuk kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Sehingga anak akan memiliki konsep diri, harga diri, percaya diri, efikasi diri yang baik, ini dasar perkembangan karakter anak menjadi pribadi yang sehat, stabil, percaya diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya,” tandasnya.

Kegiatan tersebut dibuka oleh Ketua IGTKI Kota Ambon, Dessy Sopacua, S.Pd dan dihadiri juga oleh Kader Posyandu Souhuru. (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *