Stunting Tertinggi Di SBB, Poltekkes Kemenkes Maluku Lakukan Penelitian Di Desa Waisala

by -95 Views

Ambon,MollucasTimes.com-Desa Waesala Kecamatan Huamual Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) merupakan salah satu desa lokasi fokus (Lokus) Stunting yang tertinggi di Kabupaten SBB, dasar itulah yang membuat Poltekkes Kemenkes Maluku pada bulan Desember 2020 lalu melakukan penelitian terkait kejadian Stunting di Lokus dimaksud.

Demikian Ketua Tim Peneliti Leonora Mailoa, S.Pd.,M.Kes kepada MollucasTimes, Rabu 05/01/2022.

“Kami melakukan penelitian di desa tersebut mengingat tingginya kasus Stunting dimana saat ini Pemerintah Pusat maupun Daerah tengah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka Stunting,” aku Mailoa.

Dikatakan penelitian yang dilakukan sehubungan dengan analisa perilaku ibu selama hamil dan setelah melahirkan sampai anak berusia dua tahun dengan kejadian stunting pada anak.

“Dalam penelitian ini saya bersama dua teman lainnya, Mintje Maria Nendissa, S.Pd,S.Kep,M.Kes

dan Johanna Tomasoa, SKM, S.Kep, M.Kes melakukan analisa bagaimana perilaku ibu yang sementara mengandung hingga melahirkan bahkan hingga anak berusia dua tahun. Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian non eksperimental atau observasional dengan rancangan Retrospective Cohort (Historical Cohort Study) untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas yaitu perilaku ibu selama hamil,” jelas Mailoa.

Ditambahkan, ada beberapa perilaku ibu yang menjadi fokus penelitian.

“Jadi, perilaku ibu yang kami teliti diantaranya menyangkut K1-Murni, apakah ibu memeriksa kehamilan minimal empat kali satu bulan, apakah ibu minum tablet Fe 90 butir selama hamil, bagaimana cara mengkonsumsi tablet Fe secara benar. Selain itu, bagaimana perilaku ibu setelah anak lahir sampai usia dua tahun menyangkut siapa yang menjadi penolong dalam persalinan, bagaimana melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), apakah ibu memanfaatkan ASI eksklusif, berapa banyak bayi mendapat ASI sampai 2 tahun, kami juga meneliti pola pemberian makan pada anak, rutinitas anak dibawa ke Posyandu dengan variabel terikat yaitu kejadian Stunting pada anak. Subjek penelitian kami adalah kepada 90 orang ibu yang mempunyai anak usia 24 bulan sampai 59 bulan,” rincinya. 

Mailoa mengatakan, data tersebut dikumpulkan menggunakan kuisioner.

“Dari hasil kuesioner tersebut dianalisa dengan Chi-Square yaitu menyusun tabel silang (tabel kontigensi) 2 x 2, dan dilakukan uji statistik untuk mendapatkan faktor resiko (Odd Ratio) yang signifikan pada tingkat kepercayaan (α) = 0,05 dan Confidence Interval (CI) = 95% serta nilai χ2 dan tingkat signifikansinya (ρ value),” timpalnya.

Lanjutnya, pada penelitian ini ternyata hipotesis nol ditolak yang berarti hipotesis alternative diterima.

“Hasil penelitian menunjukan hipotesis alternative diterima yaitu ada hubungan perilaku ibu sebelum anak lahir sampai anak lahir dengan kejadian Stunting pada anak, dengan demikian hipotesis nol ditolak,” imbuh wanita smart ini.

Dengan demikian, tambahnya, dalam upaya menurunkan Stunting maka semua yang terkait perlu memperhatikan beberapa hal.

“Ibu hamil Harus selalu menunjukkan perilaku yang baik dalam memperhatikan serta meningkatkan kesehatan ibu dan bayi selama masa hamil sehingga anak yang akan dilahirkan tidak mengalami Stunting. Sementara itu, Dinas Kesehataan Pengelola Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan Gizi juga diharapkan memberikan penyuluhan tentang pentingnya status gizi dan tingkat asupan zat gizi pada balita. Sementara bagi kami sebagai peneliti hal ini merupakan informasi tambahan tentang kejadian Stunting dan dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian tentang determinan dalam penelitian ini serta memperluas jumlah populasi dan sampel, menjaring kasus baru, serta mengembangkan instrumen penelitian yang digunakan,” pungkas Mailoa. (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *