Ambon,mollucastimes.com-Dalam upaya mengurangi resiko bencana, Mitigasi harus menjadi prioritas utama yang harus dilakukan secara mandiri dan wajib oleh Kepala Keluarga serta eleman lainnya khususnya di Kota Ambon.
Hal ini dikatakan Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy SH, Selasa 15/10/19.
“Banyak pelajaran yang kita dapat dalam bencana gempa bumi di Kota Ambon. Salah satunya masih kurangnya Mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Karena itu, kedepan kita akan mengharuskan setiap Kepala Keluarga mengikuti Mitigasi,” jelas Louhenapessy.
Dikatakan, Mitigasi tersebut akan dilakukan juga per Desa Kelurahan dan Negeri dari berbagai sisi.
“Tujuannya adalah agar seluruh warga masyarakat dapat melakukan upaya pengurangan resiko bencana secara mandiri. Ini akan dimotori oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Kepala Keluarga yang telah mengikuti Mitigasi, rumahnya akan ditempel stiker khusus,” papar lelaki berkumis ini.
Dirinya berharap Mitigasi yang dilakukan untuk Kepala keluarga hingga Desa Kelurahan dan Negeri menambah pengetahuan bilamana bencana terjadi baik gempa, tanah longsor, tsunami dan lainnya.
Dari sisi pemerintahan, lanjutnya, Mitigasi untuk bencana gempa ditekankan pada saat pembuatan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
“Saya sudah instruksikan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang agar setiap Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang akan dikeluarkan, maka pemilik bangunan harus memperhatikan konstruksi bangunan yang tahan gempa. Jika tidak demikian, maka ijin IMB dapat dicabut,” jelasnya.
Dari sisi pendidikan, Mitigasi juga akan dilakukan dengan cara memasukkan dalam kurikulum sekolah.
“Selain masuk dalam proses belajar mengajar di kurikulum sekolah, contoh lainnya mitigasi lewat pengadaan pintu darurat sebagai jalan untuk keluar dari kompleks sekolah. Karena selama ini pintu keluar masuk ke sekolah hanya satu, jika terjadi bencana maka resiko sangat besar bagi anak-anak sekolah yang ingin menyelamatkan diri. Lain cerita jika ada pintu daruat di dalam kompleks sekolah sehingga memudahkan mereka menyelamatkan diri jika terjadi gempa,” papar ayah lima anak ini.
Diakuinya, banyak hal yang menjadi pelajaran selama kurun waktu tiga pekan terjadinya gempa di Kota Ambon dan sekitarnya.
“Ternyata Mitigasi di Kota Ambon masih sangat kurang. Nah dengan adanya Mitigasi yang seperti disebutkan tadi diharapkan minimal kita mampu mengurangi resiko bencana secara mandiri di Kota Ambon,” harapnya. (MT-01)