Ambon,mollucastimes.com-Dalam upaya memberikan penguatan kepada remaja agar bisa menjadi konselor kepada teman sebaya, Dinas Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana Kota Ambon menggelar Pelatihan Konselor Sebaya Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R).
Demikian Kepala Dinas Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana Kota Ambon, Ir. J.W Patty, Kamis 29/08/19.
“Fenomena yang ada saat ini adalah remaja yang terkontaminasi hal-hal negatif, sehingga dipandang perlu untuk melakukan pelatihan terutama kepada teman sebaya untuk menjadi konselor. Masalah yang dihadapi para remaja sangat prinsip dan beraneka ragam. Nah, konselor ini berfungsi untuk mendengar, menampung serta mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi oleh teman sebayanya.
Dalam pelatihan ini dipelajari mekenisme menjadi konselor yang baik,” jelas Patty.
Dikatakan, era 4.0 menjadi titik sentral kondisi remaja saat ini. “Sebab, dengan sekali klik saja semua hal bisa terlihat dengan nyata. Bagaimana caranya kita menyiasati remaja mencari jalan keluar lewat hal-hal negatif yang ditawarkan teknologi yaitu dengan pembentukan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R). Disini, remaja dapat menceritakan masalah yang dihadapi tanpa diumbar ke luar sehingga kerahasiaan masalah tetap terjaga,” ungkap wanita manis berkacamata ini.
Sementara itu, Ketua Koalisi Muda Kependudukan Kota Ambon, Priska Diandra Sampe,S.Ps, M.Si mengatakan, dalam pelatihan tersebut diajarkan teknik dasar proses konseling.
“Remaja pada usianya sangat rentan dengan masalah dan cenderung bergantung pada teman. Dengan belajar menjadi konseling diharapkan setiap teman sebaya yang memiliki masalah mendapat tempat curhat yang cocok sehingga tidak lari ke hal yang negatif. Teknik dasar yang dibagikan diantaranya harus bisa mendengar keluhan dan masalah yang dihadapi teman, bagaimana kontak mata mempengaruhi curhat masalah yang diceritakan, sabar mendengar keluhan tanpa menyela serta bagaimana menempatkan diri pada posisi teman yang bermasalah,” papar Sampe.
Ditambahkan, teknologi memiliki sisi positif dan negatif.
“Positifnya, media sosial dapat kita gunakan untuk mengedukasi misalnya dengan membuat meme meme positif sedemikian rupa sehingga remaja bisa membaca dan tertarik. Ini juga mempengaruhi serta memudahkan konselor untuk mengatasi masalah yang dihadapi teman sebayanya,” imbuh wanita manis yang juga mengajar psikologi di Univesitas Pattimura ini.
Selain konselor, lanjutnya, orang tua juga harus memiliki peran yang besar dalam perkembangan masa remaja.
“Peran orang tua sangat besar. Jika orang tua memberikan perhatian cukup kepada anak khususnya remaja, maka niscaya anak tersebut tidak akan mencari perhatian di luar rumah. Tidak ada efek negatif yang ditimbulkan. Karena itu saya menghimbau kepada para orang tua agar selalu memberikan waktu yang cukup kepada remaja sehingga mereka memiliki kepercayaan kuat dan tidak akan terkontaminasi dengan harapan palsu yang ditawarkan dunia dalam era digitalisasi ini,” pungkasnya. (MT-01)