Mollucastimes.Com- Hay Guys, pernahkah kalian mengunjungi kota Ambon ? kalau dari kalian ada yang sudah pernah mengunjungi pusat oleh oleh di jalan dr. Tamaela , Kelurahan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe , Kota Ambon , sudah tentu mengetahui kawasan Petak 10.
Namun pernahkan para pembaca tahu sejarah asal kata petak 10 ?
Bagi yang belum tahu kisahnya, mari kita simak sama-sama.
Dahulu kala sekitar tahun 1927 di kota Ambon tepatnya di kawasan Mangga dua kota Ambon, hiduplah seorang warga keturunan etnis Tionghoa yang bernama Haong. Haong merupakan salah satu saudagar yang terbilang kaya di Ambon saat itu.
Diamerupakan tipe pria yang gampang jatuh hati pada lawan jenis. Tak tanggung tanggung tiap tahunnya dia selalu menikahi bunga desa atau gadis cantik yang kerap memikat hatinya. Beberapa tahun kemudian, Haong telah menikahi 10 orang gadis. Namun kendatipun telah memiliki 10 orang istri, tetap ada saja yang mengganjal hatinya. Selama 10 tahun menikah, Haong belum juga dikaruniai seorang anak.
Hari terus berlalu, Haong dan kesepuluh istrinya hidup rukun dan berdampingan dalam satu rumah. Akhirnya pada suatu saat, Haong yang selalu menantikan penggantinya terjawab sudah. Keempat istri dari 10 istrinya, memberikannya keturunan.
Tahun berlalu, kesepuluh istrinya itu memberikan Haong keturunan untuk melanjutkan usaha yang sedang ditekuninya. Rumah yang kian hari tak dapat lagi menampung anak anaknya, membuat Haong mengambil keputusan setelah mendapat usulan dari istri Haong yang paling muda.
Akhirnya Haong berusaha untuk mencari lahan baru bagi keberlangsungan hidup kesepuluh istri dan anak anaknya. Haong kemudian menghadap Raja Urimessing , berbicara dengan Raja Urimessing untuk dapat menjual tanah disekitar tempat tinggalnya. Haong pun mendapat sebuah tanah yang tak rata (berlubang) oleh raja Urimesing yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Kolam.
Pada tanah itu, Haong membangun pemukiman bagi sepuluh istrinya yang dipetak menjadi 10 petak tanah. Haong berpikir untuk tetap dalam satu kawasan yang sama dan rumah petak itu menjadi milik mereka masing- masing para istri dan anak-anaknya.
Singkat cerita karena haong dan istrinya tinggal menetap di sana maka Haong membuat air di sana dengan cara menggali sumur. Tempat dimana Haong menggali sumur untuk kebutuhan sehari hari sekarang dikenal dengan nama Wai Haong.
Dalam bahasa daerah kata “Wai” yang artinya Air. Sedangkan namanya sendiri adalah “ Haong “. Wai Haong artinya air milik Haong.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, lokasi tempat tinggal Haong kini telah dihuni oleh masyarakat sekitar. Dilokasi itu juga telah dibangun pusat oleh oleh khas Ambon dengan nama “pusat Oleh Oleh Petak 10”. (MT)