Refleksi Minggu, Sukacita Dan Damai Harus Melekat Dalam Paisine Yamalatu & Risapori Henalatu

by -122 Views


Waraka,MollucasTimes.com-Hubungan cinta kasih antar saudara pela Paisine Yamalatu dengan Risapori Henalatu harus benar-benar dinyatakan lewat sukacita dan damai yang dianugerahkan Tuhan.

Demikian sepenggal refleksi kotbah Ibadah Minggu Adventus ke-4, Pdt. Ny. M. W. N Leuwol-Berhitu, di Gereja SELA HAMALEKOTH, Minggu 18/12/2022.

“Sukacita harus menjadi inti dari pertemuan kedua saudara pela, sebagaimana rasul Paulus dalam suratnya meletakkan sukacita sebagai dasar pelayanan. Mengapa demikian, karena sukacita itu diberikan oleh Tuhan, dalam sukacita ada kekuatan. Pesan adventus hari ini tidak secara kebetulan bahwa sukacita serta damai itu ada di lingkaran Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu,” ungkap Leuwol.

Dituturkan ada cerita damai walaupun terkadang itu disalahmengertikan.

“Orang tatua serta para leluhur telah menuliskan sejarah yang harus selalu diingat oleh semua kita. Dimana pada suatu masa, damai itu dirusakkan namun dengan memahami kasih, mereka kembali merajut apa yang telah rusak. Panas pela merupakan sepenggal bagian teologis yang ditarik keluar dan ditulis serta diceritakan kembali untuk menjaga relasi orang basudara antara Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu. Saat ini, kita yang ada harus memberi catatan terhadap bagaimana pergumulan orang tatua serta leluhur waktu itu. Bahkan yang terpenting adalah menyadari bahwa Raja Damai itu yang akan mengubah kemustahilan menjadi berkat bagi dua basudara pela,” paparnya.

Wanita yang kerap disapa Ibu Pendeta Ita menambahkan perjalanan Risapori Henalatu ke Paisina Yamalatu adalah sebagian praktek melakukan kehendak Tuhan.

“Kehendak Tuhan bagi kita dalam masa mempersiapkan diri untuk Panas pela sekaligus menyambut Natal adalah melepaskan semua hal yang buruk sebaliknya menyatukan hati untuk menghadirkan damai sukacita sebagai identitas orang percaya terkhususnya untuk Risapori Henalatu dan Paisina Yamalatu,” tandasnya.

Diakhir refleksinya, Leuwol berharap agar dua sudara pela dalam menghadapi perhelatan sakral dua hari didepan, mampu mengejawantahkan pesan damai.

“Sekali lagi, sukacita, damai sejahtera yang telah ditanam oleh para tetua kita harus melekat. Ini memiliki pengertian nyatakan sukacita kepada semua orang, jangan kita genggam damai bagi orang yang membutuhkan. Biarlah lewat tutur kata, sikap dan perbuatan dua saudara pela dapat menghadirkan damai ditengah gejolak dunia yang sedang menggelora ini,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Pemerintahan Negeri Waraka, Kabupaten Maluku Tengah, R.Y. B Lailossa SH di tempat yang sama mengutip kutip firman Tuhan menyangkut damai.

“Damai itu indah bukan untuk mengacaukan. Seperti dipahami bahwa pela ini terjadi karena perdamaian. Damai itu hadir setelah ada masalah. Ini patut menjadi catatan penting bagi kita semua. Para leluhur maupun datuk kita terdahulu tidak mau dua negeri ini hancur, karena itu kapan dan sampai dimanapun pela ini harus tetap utuh,” ungkap Lailossa dengan nada trenyuh.

Lebih lanjut disebutkan banyak pela yang ada sebagai kearifan lokal masyarakat Maluku.

“Ada pela darah, pela gandong, tampa siri, tampa garam, juga pela batu karang. Namun yang paling sakral dan ditakuti adalah pela darah mengapa? karena jika berbuat salah ibarat beli mobil cash and carry tidak ada utang, Sei Hela Hatu, Hatu Lisa Pei artinya sapa bale batu, batu gepe dia,” tegas pria yang terlihat sangat berwibawa itu.

Karenanya, lelaki yang bergelar Upu Latu Lailosatte ke-20 itu berharap lewat penyambutan pela Nalahia untuk suksesi panas pela nanti, biarlah semua dapat hadirkan kenyamanan, ketertiban secara bersama.

“Ini tanggungjawab kita untuk memberikan rasa aman satu dengan yang lain, ini acara adat kita, kalau kita mengerti maka tidak perlu adanya pengamanan berlapis. Lakukan bagian kita masing-masing. Bagi anak muda tolong jauhi miras, tunjukkan bahwa generasi Paisine Yamalatu serta Risapori Henalatu adalah generasi yang membawa damai, berkualitas karena memiliki hikmat dari Tuhan. Dan jangan sekali-kali melanggar apa yang telah menjadi aturan lewat sumpah yang diangkat oleh orang tatua Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu,” pungkas Lailossa.(MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *