Ambon,MollucasTimes.com-Sejak 2019-2021 di masa pandemi sekitar 29.855 anak di Maluku tidak mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL).
Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Maluku, Ija Latuconsina disela riefing Media Tentang Vaksinasi Covid-19 dan Imunisasi Rutin di Provinsi Maluku, Selasa 12/04/2022.
“Padahal, Imunisasi sangat bermanfaat membentuk kekebalan kelompok (Herd Immunity) sehingga bisa membentuk antibodi yang paling spesifik terhadap suatu penyakit,” timpalnya
Dari jumlah tersebut dirinya menrincikan, Kota Ambon sebanyak 6.079, Seram Bagian Barat 4.749, Seram Bagian Timur 3.552, Buru 3.048, Maluku Tengah 2.596, Kepulauan Aru 2.094, Maluku Barat Daya 2.027, Buru Selatan 1.949, Maluku Tenggara 1923, Kepulauan Tanimbar 1.304, dan Kota Tual 534.
“Karena itu, kami mendorong kabupaten/kota melalui puskesmas untuk mewajibkan semua anak mendapatkan imunisasi,” imbuhnya.
Seperti kita ketahui, kekebalan kelompok terbentuk dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dan akan melindungi anggota kelompok yang tidak bisa atau belum bisa mendapat imunisasi.
“Apalagi imunisasi pada anak ini bisa membatasi penularan kepada orag lain terutama orang dewasa,” akunya.
Dikatakan, jika cakupan imunisasi rutin menurun maka dipastikan tingkat kekebalan juga akan semakin menurun.
“Oleh sebab itu, imunisasi rutin lengkap harus ditingkatkan sehingga membentuk kekebalan komunitas terhadap PD3I yaitu Polio, Hepatitis B, Pertusis, Difteri, Haemophilus Influenzae tipe B, Campak serta Tetanus. Justru dalam pandemi ini imunisasi harus diberikan sesuai jadwal guna memberikan perlindungan anak terhadap PD3I, Sebaliknya jika imunisasi ditunda justru akan memperbesar resiko Kejadian Luar Biasa PD3I,” jelas wanita berhijab ini.
Sementara itu, Kepala Seksi Imunisasi dan Survaillance Dinas Kesehatan Maluku, Lina Latumahina menjelaskan ada beberapa kabupaten kota yang belum mencapai percepatan vaksinasi Covid-19.
“Kota Ambon serta Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) sudah mencapai target, sementara kabupaten/kota yang lain masih rendah khusus bagi anak usia 6-11 tahun. Ini dipengaruhi beberapa hal seperti keterlambatan penginputan data yang berkaitan dengan jaringan serta keterbatasan tenaga medis di lapangan. Mereka memang sudaj maksimal bekerja namun capaiannya masih rendah saja,” papar Latumahina.
Walaupun demikian, tambahnya, Dinas Kesehatan baik Provinsi maupun Kabupaten Kota tetap berupaya mendorong kegiatan vaksinasi guna mencapai target.
“Tentunya melalui kerjasama serta kolaborasi dengan media untuk mengedukasi serta mendorong partisipasi masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19,” pungkasnya. (MT-01)