Disdik Kota Ambon Gelar Bimtek Peningkatan Kapasitas Satuan Lembaga PAUD HI 2022

by -103 Views

Ambon,MollucasTimes.com-Dalam upaya menghasilkan kualitas generasi yang sehat tanpa Stunting, maka peran orang tua maupun satuan penyelenggara mulai tingkat PAUD HI harus mendapat penguatan kapasitas.

Demikian Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Drs. F.F Tasso, M.Si disela Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Satuan Lembaga Penyelenggara PAUD Holistik Integratif (HI), Rabu 10/08/2022.

“Kualitas generasi tanpa stunting menjadi harapan besar Indonesia untuk menjemput Indonesia Emas 2024 yang akan datang,” aku Tasso didampingi Kepala Bidang PAUD & PNF Dinas Pendidikan Kota Ambon, Yasmu Budiatin, S.Pd, M.Si.

Dikatakan, sosialisasi tentang generasi tanpa stunting harus dimulai dari tataran paling bawah. 

“PAUD, TK maupun KB adalah sasaran utama Pemerintah Pusat mauun Daerah dalam pengentasan stunting, tidak terkecuali bagi Kota Ambon. Sehingga berbagai sosialisasi terkait stunting perlu dilakukan seperti yang dilakukan hari ini bersama penyelenggara PAUD HI di Kota Ambon,” jelasnya.

Materi Yang Beragam

Dalam Bimtek yang digelar selama tiga hari tersebut menghadirkan nara sumber hari pertama diantaranya Satgas Stunting Kota Ambon serta Fasilitator PAUD HI yang juga adalah Kepala Sekolah pada sejumlah PAUD di Kota Ambon.

Menurut Satgas Stunting Kota Ambon, Pierre F. Engko SE, Ada sejumlah hal penting yang harus menjadi perhatian dalam mengimplementasikan PAUD HI dalam percepatan penurunan stunting. 

“Hal penting diantaranya optimalisasi keterlibatan balita stunting dalam PAUD HI, kemudian membantu kinerja Pemerintah Daerah yang termaktub dalam lima pilar percepatan penurunan stunting sesuai Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 20221. Lima pilar diantaranya meningkatkan komitmen pemerintah secara berjenjang sebagai prioritas utama, meningkatkan kesadaran dan pemahaman serta mendorong perubahan perilaku untuk mencegah stunting, memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, dan desa, kemudian meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan serta meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran,” papar Engko.

Selain oprtimalisasi keterlibatan balita stunting, selanjutnya adalah memastikan regulasi yang berkaitan dengan PAUD HI masuk dalam Peraturan Wali Kota (Perwali) tentang prioritas penggunaan Anggaran Dana Desa 2023, sebagai dasar bagi desa delam perencanaan tahun 2023. Serta mengoptimalkan kemitraan dan kerjasama yang dilakukan dengan OPD yang terintegrasi.

PAUD HI

Sementara itu, Fasilitator PAUD HI, Marice Riupassa, S.Th mengungkapkan pihaknya sangat mendukung program pemerintah lewat kolaborasi bersama OPD yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Kota Ambon.

“Pada intinya, kami mendukung dan support program pemerintah untuk diterapkan di sekolah kami masing-masing sesuai dengan delapan indikator. Dengan dilakukan Bimtek ini diharapkan realisasi PAUD HI dengan delapan indikatornya dapat terkonek dalam upaya memaksimalkan penurunan stunting pada komunitas PAUD yang ada di Kota Ambon,” pungkas Riupassa.

Ditambahkan, Fasilitator lainnya, Sandra Sitania, S.Pd, AUD dengan kegiatan Bimtek tahapan pertama untuk 100 peserta ini dapat diaplikasikan dalam Dapodik.

“Ketika diaplikasikan dalam Dapodik maka akan terlihat delapan standar PAUD HI yang harus dilakukan. Bimtek tahap kedua juga akan dilakukan bagi seratus peserta lainnya, sehingga sangat diyakini jika terimpartasi ke semua lembaga atau satuan pendidikan PAUD, TK maupun KB maka capaian Kota Ambon dalam penanganan stunting secara berkelanjutan akan berkurang sehingga pada 2024 mampu menurunkan stunting bahkan menghilangkan stunting di Kota Ambon,” harap wanita berkacamata itu.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Dalam Bimtek juga dipaparkan materi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berkaitan dengan PAUD HI yang disampaikan oleh fasilitator PAUD HI, Nurul Iswanto, SE.

“Salah satu indikator dalam PAUD HI adalah perbaikan gizi yang didalamnya termasuk pemberian makanan tambahan. Pengertian makanan tambahan serta jenisnya harus diketahui baik oleh guru maupun orangtua. PMT sendiri memiliki dua fungsi yaitu sebagai perbaikan, dimana setelah mengetahui fungsinya maka orang tua maupun guru dapat memperhatikan makanan tambahan khususnya bagi balita stunting serta yang memiliki tanda merah dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) artinya sedang dalam kondisi gizi buruk. Sedangkan fungsi lainnya sebagai penyuluhan kepada semua anak secara umum, sehingga penyelenggara PAUD di kota Ambon dapat merencanakan serta mempraktekkan hal tersebut di sekolah masing-masing,” jelas Kepala Sekolah TK Nurul Insan itu.

Dikatakan TK Nurul Insan yang memiliki 42 siswa itu telah mempraktekkan hal dimaksud.

 “Lewat rapat bersama orang tua, kami menyepakati bahwa bekal anak harus memiliki karakter gizi yang cukup, diperoleh dari karbohidrat seperti kentang, jagung, ubi, nasi. Dari protein seperti daging, telur, ikan serta mineral yaitu dari sayuran. Disini dibutuhkan pemahaman yang baik dari guru mauun orangtua untuk mengkritisi bekal anak. Kami tidak mengijinkan bekal anak berupa snack atau cemilan, karena tidak bagus untuk metabolisme anak yang bergerak setiap saat. Cukup diingat, anak adalah aset sehingga wajib memberikan yang terbaik bagi mereka dalam masa pertumbuhan,” tandas wanita berhijab itu.

Kemitraan Bersama Orangtua

Selain itu, Kepala Sekolah PAUD Mamana, M. G Kaunang, SE, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga satuan pendidikan dengan orangtua lewat topik Kemitraan Bersama Orangtua.

“Untuk menangani masalah anak PAUD harus ada kolaborasi dari lembaga satuan pendidikan dengan orangtua, bagaimana orangtua dilibatkan dalam proses pendidikan anak mengingat jam belajar anak di sekolah terbatas maka peran orangtua sangat penting di rumah. Sekolah harus membentuk Kelas Orangtua (parenting),” akunya.

Kaunang menjelaskan, kemitraan lembaga pendidikan dan orang tua dilandaskan dalam regulasi yang mengatur tentang Anak dan Pendidikan.

“UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Perlindungan Anak menjamin bahwa anak mendapat hak untuk mendapat pendidikan yang layak, dilindungi oleh negara juga Peraturan Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak Pasal 1, anak memiliki hak yang wajib dijamin dan dilindungi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Kemudian dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 halaman 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,” jelas wanita asal Sulawesi Utara itu.

Dikatakan, ada bermacam-macam kemitraan yang dapat dilakukan antara lembaa pendidikan bersama orangtua.

“Yang paling trend adalah Parenting atau Kelas Orangtua, yang harus dimiliki oleh seluruh satuan pendidikan baik PAUD, TK maupun KB,” imbuhnya.

Ada lima jenis Parenting yang dapat dilakukan diantaranya Foundation Class PAUD (masa orientasi) sebelum masuk PAUD, sekaligus memperkenalkan kegiatan dan lingkungan sekolah anak. Orang tua wajib hadir dalam kegiatan ini, sehingga mendapatkan gambaran secara utuh tentang lingkungan dan apa yang dilakukan anak di PAUD. 

“Kedua, Parents Gathering PAUD yaitu kegiatan untuk memfasilitasi orang tua dan lembaga PAUD dalam rangka sosialisasi program parenting yang dilaksanakan sekolah, tentunya berhubungannya dengan proses pengajaran orang tua dan anak di rumah, sehingga dapat lebih optimal. Materinya terkait kesehatan anak (penyakit yang biasa timbul dan cara mencegahnya), memilih makanan dan gizi yang terkandung di dalamnya, pendidikan anak, mengenal karakter anak, dll. Selanjutnya, Seminar Parenting PAUD yang melibatkan tokoh parenting atau orang lebih mengerti tentang parenting (ahli dongeng, ahli psikologi, dokter anak, dll), baik di sekolah atau di luar sekolah, dilaksanakan dengan bentuk seminar. Kemudian ada juga Hari Konsultasi PAUD, sarana orang tua untuk mengeluarkan unek-unek dalam mengasuh anak yang disediakan sekolah, biasanya ditentukan oleh sekolah, agar tidak tabrakan dengan program belajar mengajar dan terkoordinasi dengan baik. Sedangkan yang terakhir Cooking on the Spot (belajar memasak) PAUD, memperkenalkan kegiatan masak memasak, mulai dari memasak bekal sampai makanan khas daerah, selain memperkenalkan jenis bumbu, anak juga belajar proses memasak, berdasarkan bimbingan pengajar atau orang tua,” rincinya.

Contoh kemitraan bersama orangtua telah dipraktekkan di PAUD Cinta Anak.

“PAUD Cinta Anak telah membentuk Komite Penggerak, dimana orangtua membantu merealisasikan program PAUD Cinta Anak tahun ajaran ini. Salah satu yang menjadi fokus kami adalah peran orangtua terhadap bekal anak. Dalam satu minggu itu telah ditentukan menu yang harus dibawa anak ke sekolah. Hari Senin itu menunya nasi, sayur dan ikan atau dagung. Rabu, roti, susu dan buah. Sedangkan hari Jumat menu disesuaikan karena semua kelas digabung untuk senam bersama orangtua. Contoh lain adalah Cooking Class. Dalam menyambut Ulang Tahun Sekolah maka tanggal 18 Agustus nanti, kita lakukan Cooking Class kerjasama dengan KFC Rumahtiga yang melibatkan orangtua juga. Puji Tuhan, orangtua mendukung dan mensupport seluruh program sekolah,” papar Kepala Sekolah PAUD Cinta Anak, Alfonsina Sahetapy, SE.

Dirinya berharap, kemitraan besama orang tua menjadi dasar pembentukan pribadi anak. “Pasalnya, PAUD, TK maupun KB secara umum masih belum dianggap bukan sekolah sehingga kurang perhatian, padahal seharusnya dari titik ini anak dilatih dalam segala hal untuk menuju ke tingkat SD. Dengan seluruh program yang kita susun, berharap dapat membuka pola pikir orangtua untuk memperhatikan anak usia dini sehingga bisa mandiri di tingkat lanjutan,” harapnya.

Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) 

Materi lain yang dipaparkan adalah Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) oleh Kepala Sekolah PAUD al-Fatah, Salamah Saimah, S.Pd.

“Dalam PHBS ada indikator yang perlu menjadi perhatian sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan diantaranya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dd rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah,” rinci ibu tiga anak itu.

Sedangkan untuk PAUD sendiri ada juga indikator PHBS yang harus dilakukan baik di sekolah maupun di rumah.

“Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun, mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya,” paparnya.

Dikatakan, seluruh indikator harus diperhatikan oleh guru maupun orangtua di rumah. “Kebersihan diri, memperhatikan kesehatan gigi, memotong kuku jari tangan yang sudah panjang. Selain itu diajarkan juga membereskan mainan. Kita beharap dengan pengetahuan tentang PHBS ini maka orangtua dan guru bisa kolaborasi memperhatikan pola hidup bersih baik di rumah maupun di sekolah sehingga mellahirkan generasi sehat, cerdas dan mandiri,” pungkasnya. (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *