Jakarta,MollucasTimes.com-Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, SH menjadi pembicara pertama dalam diskusi dengan tema : Ketangguhan Daerah Menghadapi Bencana pada rangkaian puncak peringatan bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), di Bogor, Senin 12/10/2020.
Dalam kesempatan pertama tersebut, Wali Kota dua periode ini memaparkan kesiapan Kota Ambon menghadapi bencana alam maupun non alam.
“Kita di Ambon berusaha dan ternyata mampu melakukan relokasi tanpa masalah terhadap warga yang rumahnya rusak akibat tanah longsor dan pergerakan tanah beberapa tahun lalu di wilayah Kelurahan Batu Gajah-Kota Ambon. Kita terus menerus melakukan sosialisasi terkait bencana alam dengan pendekatan Pentahelix, dan pesan tersebut tersamapiakn kepada masyarakat. Keterlibatan para Camat, Kepala Desa, Raja, Lurah, RT/RW sangat proposional dalam meneruskan informasi atau pesan terkait bencana alam,” papar ayah lima anak ini.
Louhenapessy mengatakan, sosialisasi yang tersampaikan kepada masyarakat juga tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi infomasi yang digunakan BPBD Kota Ambon.
“Pemanfaatan teknologi yaitu dengan menampilkan peringatan-peringatan saat musim penghujan kemudian juga peringatan cepat BMKG terkait gempa. Sistem ini sangat membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana, apakah itu bencana bencana alam berupa banjir, tanah longsor, gempa maupun pandemik Covid-19 yang sedang terjadi saat ini.
Selain itu, penyiapan kampung-kampung tangguh bencana juga merupakan bagian dalam penyiapan warga dalam menghadapi setiap bencana yang mungkin saja terjadi, pada situasi dan kondisi apapun,” jelas lelaki paru baya yang masih energik ini.
Sementara tentang pandemik, Louhenapessy mengatakan Pemerintah Kota Ambon juga telah menyiapkan fasilitas rumah sakit darurat.
“Ini berfungsi untuk menampung pasien Covid-19. Kita menyewa sejumlah hotel berbintang 3 (tiga), kemudian kita juga menggunakan Balai Diklat. Satu kelemahan, kita belum memiliki rumah sakit Kota. Namun walaupun demikian, kebijakan yang kita ambil adalah kita terus berupaya menyelamatkan masyarakat dari Covid-19,” imbuhnya.
Dikatakan, hingga kini Kota Ambon masih berada pada zona merah. “Hal ini dapat dipahami, mengapa? sebab Kota Ambon adalah episentrum pergerakan orang dan aktifitas ekonomi di Maluku. Selain itu dari segi pemeriksaan hasil Swab, kita terbatas dengan laboratorium penguji sample Swab. Untuk hal ini, melalui BPBD Kota Ambon kita meminta bantuan laboratorium mobile dari BNPB. Kita berharap semoga melalui kegiatan ini, permohonan tersebut bisa terealisasi,” jelasnya dalam nada canda.
Selesaikan Masalah Kadang Pakai Jurus Mabuk
Lelaki yang dalam masa kepemimpinannya telah mendapat banyak penghargaan ini mengakui, terkadang dalam menuntaskan masalah dirinya menggunakan jurus mabuk.
“Terkadang saya menggunakan jurus mabuk untuk menyelesaikan suatu masalah. Sebab, jika mengikut prosedur, maka prosesnya memakan waktu. Olehnya jika ada usulan masyarakat yang saya anggap baik dan dibutuhkan, maka saya langsung memerintahkan OPD untuk mengeksekusinya,” tandas Louhenapessy.
Kolaborasi antara Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku, menurutnya sangat baik.
“Kita memiliki sinergitas yang cukup baik, dengan modal tersebut memberikan kemudahan bagi kita untuk mengekseskusi kegiatan super emergensi di lapangan. Semua program baik dari OPD maupun dari masyarakat akan berhasil jika ada kepedulian dan komitmen dari Pemimpin Daerahnya. Kehadiran saya disini juga menjadi bagian kesiapan Maluku yang seharusnya menjadi tuan rumah peringatan Bulan PRB, namun karena kondisi saat ini tidak memungkinkan yah kita bisa memahaminya,” paparnya.
Sementara itu, tim Pemerintah Kota Ambon yang hadir selain Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, SH; Kepala Dinas BPBD Kota Ambon, Drs. Demianus Paays, M.Si; Sekertaris BPBD Kota Ambon, Eva Tuhumury serta Kepala Dinas BPBD Provinsi Maluku, Henry Far Far. (MT-01)