![]() |
Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, SH |
Jakarta,mollucastimes,com-Dalam upaya menanamkan rasa kepedulian yang tinggi akibat fenomena sosial dan politik serta agama yang mampu meluluhlantakan kehidupan bermasyarakat, Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy SH diberikan kesempatan untuk sharing tentang kondisi Kota Ambon yang pernah terpuruk namun berhasil bangkit kembali, dalam Forum Titik Temu yang digelar Rabu 18/09/19.
“Kota Ambon dua puluh tahun lalu merupakan kota yang hancur hampir dalam semua segi. Kita mengalami masa tersulit sebelum merangkai kembali serpihan dan puing yang telah hancur menjadi bangunan bagi semua orang. Semua dikarenakan emosi bernafas agama seperti yang dikatakan ahli tafsir dan pendiri pusat studi Al-Quran, Quraish Shihab dimana emosi tersebut telah meruntuhkan kedekatan, kekeluargaan yang terbina sejak dahulu,” akunya.
Walaupun demikian, lanjutnya, pada akhirnya Ambon masih memiliki rasa cinta, kasih dan sayang.
“Inilah yang terjadi, Ambon dipulihkan, Ambon kembali bangkit. Kebangkitan tersebut terasah lewat pendekatan budaya dan kearifan lokal orang Maluku, yaitu Pela Gandong. Masing-masing kelompok menyadari bahwa kedekatan dan kekeluargaan selama ini berlandaskan cinta, kasih dan sayang dalam hubungan Pela Gandong,” paparnya.
Karena itu, berkaca dari pengalaman Kota Ambon, dirinya mengajak semua orang untuk memiliki rasa cinta, kasih dan sayang terhadap sesama.
“Kita harus memeliharanya dengan baik. Jika kita memilikinya, maka semua perbedaan yang ada akan membentuk kombinasi hidup yang unik dan indah. Segala macam bentuk isu, provokasi tidak lagi menjadi senjata ampuh memecah belah,” lugas Wali Kota dua periode ini.
Sementara itu melalui rilisnya, Forum Titik Temu yang diprakarsai Nurcholish Madjid Society, Maarif Institute, dan Jaringan Gusdurian tersebut menyatakan latar belakang hadirnya Forum Titik Temu adalah akibat kondisi bangsa dengan fragmentasi sosial memburuk, kohesivitas sosial serta ikatan kekerabatan tidak teruji saat berhadapan dengan perbedaan pandangan politik dan keyakinan keagamaan.
Presiden RI, Joko Widodo |
Bahkan lebih hebat lagi, masyarakat di akar rumput sibuk mencari kelemahan dan keburukan yang lain, sementara para elit politik dengan ‘semangat’ memburu jabatan dan posisi di lembaga pemerintahan.
Forum ini digagas untuk berembuk dan menyampaikan seruan moral serta kerja sama konkrit agar masyarakat diberdayakan sehingga tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu politik dan politisasi agama yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Forum Titik Temu adalah tempat berkumpulnya Civil Society yang berorientasi pada gerakan kultural. Bahkan sebagai respon dan penegasan bahwa masyarakat Indonesia harus bekerja sama dan berjalan beriringan dengan berpedoman pada dasar negara yakni Pancasila yang merupakan prioritas mewujudkan hidup yang penuh perdamaian, keadilan dan persatuan.
Selain dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo untuk memberikan sambutan kunci, Forum ini juga menghadirkan tokoh bangsa, pemuka agama lintas keyakinan serta tokoh panutan di berbagai bidang.
Sementara para pembicara lain diantaranya Jenderal (Purn) Moeldoko; Prof. Dr Azyumardi Azra; Yudi Latief, Ph.D; Dr Simon Petrus Lili Tjahyadi; Dra Yayah Khisbiyah; Dr Haidar Bagir; Henny Supolo Sitepu; Bhante Nyanasuryanadi Mahathera; Lies Marcoes-Natsir; Ratu Shr Bhagawan Narayana Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun; Juwita Jatikusumah Putri; Ws.Dr Chandra Setiawan; Prof Dr Faizah Binti Awad; Muhamad Wahyuni Nafis; Inyah Wahid dan Abd Rohim Ghazali.
(MT-01)