Ambon,MollucasTimes.com-Inflasi pada Juli 2021 lebih rendah dari inflasi bulan Juni 2021 yang dipengaruhi beberapa kelompok diantaranya transportasi, informasi, komunikasi, jasa keuangan, kelompok pakaian dan alas kaki.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan BI Maluku, Noviarsano Manullang, Rabu 18/08/2021.
“Kami mencatat inflasi Provinsi Maluku pada Juli 2021 sebesar 0,13 persen (month to month/mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi Juni 2021 yang 0,83 persen (mtm) yang dipengaruhi oleh kelompok transportasi, informasi, komunikasi, jasa keuangan, kelompok pakaian dan alas kaki,” tandas Manullang.
Padahal, lanjutnya, secara tahunan dan tahun berjalan, inflasi Provinsi Maluku masing-masing tercatat sebesar 1,31 persen (year on year/yoy) dan 1,87 persen (year to date/ytd).
“Hal ini mengartikan bahwa inflasi Provinsi Maluku terpantau lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 0,08 persen (mtm). Kendati demikian, realisasi inflasi Maluku sampai dengan Juli 2021 lebih rendah dari target pencapaian inflasi 2021 yang ditetapkan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Maluku sebesar 3,0 persen atau sama dengan satu persen (yoy),” ungkapnya
Dirincikan, inflasi yang terjadi pada kelompok transportasi sebesar 0,08 persen (mtm), terutama disebabkan oleh kenaikan harga angkutan udara dengan inflasi komoditi sebesar 2,32 persen (mtm). Kenaikan harga angkutan udara disebabkan oleh tingginya permintaan penerbangan dengan rute Ambon-Jakarta dan Ambon-Makassar.
“Dampak tersebut merupakan efisiensi operasional maskapai merespon penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro di sebagian besar wilayah di Indonesia, dengan cara mengurangi frekuensi penerbangan. Kita mengamati dan memantau harga tiket pesawat rute Ambon-Jakarta tercatat meningkat sebesar Rp 100.000 sepanjang bulan Juli 2021,” tambahnya.
Sementara inflasi yang terjadi pada kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 0,05 persen (mtm) atau secara bulanan meningkat sebesar 0,64 persen (mtm), didorong oleh kenaikan harga komoditi pulsa telepon gengam yang sejalan dengan tingginya aktivitas “kerja dari rumah” (Work from Home – WFH).
“Secara khusus, kenaikan harga pulsa telepon genggam di wilayah Maluku terpantau meningkat sebesar 1,39 persen (mtm) selama Juli 2021, mengikuti penerapan PPKM di wilayah Maluku,” imbuh lelaki berkacamata ini.
Disisi lain, inflasi kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03 persen (mtm) dengan inflasi bulanan mencapai 0,49 persen (mtm), disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditi pakaian dalam pria sebesar 12,22 persen (mtm) dan pakaian dalam wanita sebesar 19,54 persen (mtm).
Tekanan inflasi yang lebih tinggi di Provinsi Maluku tertahan oleh deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,03 persen (mtm), dan kelompok kesehatan -0,01 persen (mtm).
Untuk Deflasi, pada kelompok makanan, minuman dan tembakau tambahnya, disebabkan oleh deflasi komoditas ikan selar -4,95 persen (mtm), ikan teri -29,93 persen (mtm), sawi hijau -9,27 persen (mtm) dan buncis 16,04 persen (mtm). Sedangkan deflasi pada kelompok kesehatan disebabkan oleh penurunan harga obat dengan resep sebesar -2,38 persen (mtm).
Jaga Stabilitas Inflasi
“Karena itu, untuk menjaga stabilitas inflasi dan meningkatan perekonomian Provinsi Maluku selama Juli 2021, Tim pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Maluku melaksanakan beberapa program, di antaranya penyaluran 44,96 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Kota Tual kepada 4.456 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) beserta Bantuan Sosial Tunai (BST) yang berasal dari cadangan beras milik BULOG daerah setempat,” akunya.
Dikatakan, Penyaluran beras dilakukan mengikuti arahan Presiden Jokowi.
“Ini ada dalam Surat Perintah Menteri Dalam Negeri Nomor 511.2/4014/SJ tertanggal 23 Juli 2021, tentang Penyaluran Bantuan Beras Bagi KPM, PKH dan KPM BST Tahun 2021,” timpalnya.
Disamping itu, Disperindag Provinsi Maluku bersama dengan BULOG Provinsi Maluku telah memonitoring stok bahan pokok di gudang BULOG dan distributor yang difokuskan pada beberapa jenis komoditas, di antaranya beras, minyak goreng, terigu, telur ayam ras, gula pasir, margarin, susu kaleng, ayam ras dan garam.
“Secara umum, stok bahan pokok Provinsi Maluku terpantau aman dengan kecukupan stok minimal 14 hari untuk komoditi telur ayam ras, dan maksimal 430 hari untuk komoditi beras. Bahkan Ketahanan Pangan BI Maluku juga melaksanakan panen beberapa komoditas, di antaranya cabai keriting seluas 3 hektare di Waimital, 150 hektare padi di Buru, 6 hektare tanaman hortikultura di Suli dan Telaga Legah, dan 2 hektare bawang merah di Wearbut,” paparnya.
Dirinya berharap koordinasi kebijakan bersama pemerintah daerah semakin diperkuat baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sehingga komitmen yang dibangun dapat menjaga stabilitas harga. (M-01)