“Tema Natal ini sejalan dengan tema peringatan Hari Disabilitas Internasional “Memperkuat kepemimpinan penyandang disabilitas untuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan”, dimana gereja menempatkan diri dalam komitmennya sebagai gereja yang melayani dalam inklusifitas, setara dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Ambon,moluccastimes.id-Mengusung tema sentral “Natal Kristus Menghadirkan Damai Sejahtera Bagi Semua” Gereja Protestan Maluku (GPM) Klasis Pulau Ambon (KPA) menggelar perayaan Natal bersama penyandang disabilitas, bertempat di Sitanala Learning Center, Rabu, 03/12/2025.
“Natal bersama para penyandang disabilitas ini sebagai momen penting menghapus stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas, sekaligus meneguhkan bahwa setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sama di hadapan Tuhan,” demikian Sekretaris Klasis Pulau Ambon GPM, Pdt Rinto Muskita, M.Th, dalam sambutan natalnya.
Dikatakan penyandang disabilitas bukan pelengkap seremoni tetapi sebagai bagian penuh dalam kehidupan berjemaat.
“Natal ini dirangkai dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional dengan tema “Memperkuat kepemimpinan penyandang disabilitas untuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan, dimana gereja menempatkan diri dalam komitmennya sebagai gereja yang melayani dalam inklusifitas, setara dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Ditekankan, stigma dan diskriminasi harus dihentikan.
“Anak-anak disabilitas ini hanya butuh pendampingan, penerimaan, serta kasih, bukan label atau batasan,” tegasnya.
Sementara kesan natal yang disampaikan oleh Pemerintah Kota Ambon diwakili Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Pelayanan Publik, Alexander Hursepuny, menyatakan kehadiran penyandang disabilitas dalam perayaan gerejawi bukan sekadar empati, melainkan wujud nyata kasih dan kesetaraan sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Apresiasi dan penghargaan khusus kepada orang tua dan para pendidik juga disampaikan Anggota Majelis Pekerja Harian Sinode GPM Maluku, Pdt. K. Iren Koljaan.
“Terimakasih karena selama ini telah menjadi pendamping serta merawat mereka, sebab mereka bukan beban, tetapi sebaliknya adalah anugerah Tuhan dengan keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain,” apresiasi Koljaan.
GPM dalam kebijakan pelayanan 2025–2030, sambungnya menempatkan perlindungan anak dan penyandang disabilitas sebagai isu strategis, sehingga setiap jenjang pelayanan mulai dari sinodal, klasis hingga jemaat wajib menyiapkan ruang dan program inklusif.
“Hingga kini mereka masih menerima bullying dan penghinaan. Mari melihat mereka dengan dua mata kasih, bukan satu mata penilaian. Hadirkan damai bagi mereka setiap waktu. Karena itu rumah, sekolah, gereja, dan lingkungan sosial harus menjadi tempat tanpa diskriminasi,” tegas pendeta rendah hati itu.
Disisi lain, refleksi Natal disampaikan Pdt. Yoke Maitimu yang tergambar dari Injil Matius 5 : 9.
“Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Ayat ini mengajarkan agar kita memiliki sikap saling menghargai tanpa membedakan termasuk teman penyandang disabilitas. Bullying, mengejek, atau memanggil ‘cacat’ adalah dosa namun sebaliknya memiliki sikap hati yang mau menerima orang lain dengan kekurangannya itulah hakekat Kasih Kristus serta membawa damai bagi semua orang,” lugasnya.
Perayaan natal yang diikuti 399 anak disabilitas di Klasis Pulau Ambon itu cukup mengalirkan keharuan sebab dengan keterbatasan yang dimiliki serta kepercayaan diri yang kuat, mereka mampu menyuguhkan kreativitas baik lewat puji-pujian, tarian serta drama pendek yang membuat undangan turut meneteskan air mata haru. (MT-01)
