Ambon-Peringatan HUT Proklamasi ke- 72 dilakukan di berbagai tempat di seluruh pelosok Indonesia tidak terkecuali di Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon.
Dengan Inspektur upacara Raja Negeri Hukurila, John Marthen, dan Pemimpin upacara Bhabinkamtibmas, Bripka Alfredo Marthen, peringatan HUT Proklamasi dilaksanakan secara sederhana namun khidmat.
Selain Tiga Batu Tungku yaitu Saniri Negeri, Majelis Jemaat serta Pihak Sekolah, warga masyarakat Negeri Hukurila juga turut mengambil bagian sebagai peserta upacara yang bertempat di halaman Kantor Negeri Hukurila, Kamis 17/08/17.
Dalam arahannya, Marthen mengatakan dengan peringatan HUT Proklamasi setiap tahun mengartikan bahwa Indonesia terus bangkit serta berjuang keluar dari cengkeraman “penjajah”.
“Penjajah yang dimaksudkan diantaranya tekanan-tekanan yang datang dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun Bangsa dan Negara. Kita harus bebas dalam segi yang positif guna memotivasi diri untuk lebih baik kedepan,” jelasnya.
Ditambahkannya, kondisi Bangsa dan Negara saat ini harus dikritisi oleh masyarakat akibat berbagai tekanan.
“Walaupun demikian NKRI merupakan harga mati bagi masyarakat Indonesia. Kita harus bisa menangkal segala upaya yang mencoba melepaskan kesetiaan kita kepada NKRI,” tandasnya.
Diungkapkannya, dengan peringatan HUT Proklamasi yang mengakomodir Tiga Batu Tungku di Negeri Hukurila merupakan realisasi dari kewajiban warganegara dalam mengisi kemerdekaan.
“Kewajiban warganegara dalam mengisi kemerdekaan sangat beragam. Untuk masyarakat Hukurila sendiri, kami menekankan pada peningkatan pranata sosial budaya dan adat. Sebab dengan adanya adat masyarakat beradab.”
Diakuinya pranata adat yang mulai dikembangkan adalah mengembalikan sebutan Ua (bibi) dan Wate (paman). Pasalnya selama ini, sebutan seperti itu tidak lagi digunakan dalam percakapan sehari-hari di negeri adat khususnya Hukurila.
“Padahal hal tersebut merupakan adat nenek moyang yang diturunkan kepada anak cucu dan harus dilestarikan. Orang lain dapat mengenal kepribadian kita melalui adat dan budaya yang kita miliki. Karena itu, kami sepakat untuk mengembalikan lagi sebutan Ua dan Wate tersebut di Negeri Hukurila,” jelasnya.
Dirinya mengharapkan peningkatan pranata sosial budaya dan adat itu dapat menjadikan masyarakat di negeri adat saling menghargai dan menghormati sehingga tercipta kondisi nyaman, aman serta tenteram menjamin kehidupan masyarakat yang lebih berperi kemanusiaan dan beradab yang menjunjung tinggi NKRI. (MT-09)