Panas Pela, Salah Satu Fondasi Negara perlu Dilestarikan

by -91 Views

Waraka,MollucasTimes.com-Negeri dan prosesi adat seperti Panas Pela adalah salah satu fondasi yang membentuk negara Republik Indonesia sehingga perlu dilestarikan.

Demikian Wakil Gubernur Maluku, Drs. B. Orno disela acara Panas Pela Waraka-Nalahia di Baileo Negeri Waraka, Selasa 20/12/2022.

“Jika ada acara adat, itu merupakan kebesaran suatu negeri yang bertautkan adat istiadat sehingga perlu diapresiasi oleh semua orang. Dan bagi Pemerintah Daerah ini merupakan modal pembangunan yang memang harus dilestarikan. Pemerintah secara de facto tidak memiliki otoritas untuk menghambat terlaksananya kegiatan acara adat dalam bentuk apapun,” papar Orno.

Diungkapkan, dalam satu periode masa pemerintahan sebagai Bupati Maluku Barat Daya (MBD) dirinya mencoba mengangkat budaya negeri sebagai bagian untuk menyatukan.

“Saya meyakinkan Sinode GPM dan Gereja Sidang Jemaat Allah untuk mengubah salam pembuka bukan lagi syallom tetapi Kalwedo. Mengapa? sebab budaya itu menyatukan, budaya itu adat pelengkap,” timpalnya.

Makna budaya lanjutnya, jika ditautkan dengan adat Panas Pela ternyata para leluhur telah mengenal Tuhan lebih dulu.

“Mereka telah mengenal Tuhan lewat budaya dan adat jauh sebelum agama formal seperti Kristen dari Israel dan Islam dari Arab hadir. Sebab dalam semua agama selalu mengajarkan hal positif dan baik yaitu bagaimana bersatu, menggandeng persaudaraan. Tuhan itu hadir dalam setiap perbuatan baik serta ketulusan hati. Dengan adanya Panas Pela Darah antara Waraka-Nalahia hari ini menyatakan bahwa kehidupan gandong harus tetap ada, bersekutu dan berdamai,” tandasnya.

Cerita tentang asal mula adanya Pela Darah hanya karena dodol, menurutnya mungkin sebagai cerita lucu tetapi memiliki makna yang dalam.

“Dalam kitab Amsal menyatakan tiap-tiap celaka ada gunanya. Berawal dari dodol yang membuat keributan maka berakhir dengan janjian sumpah untuk hidup berdampingan dengan cinta kasih. Ini pemaknaan yang hakiki oleh para leluhur kemudian diturunkan kepada anak cucu sehingga dapat dipahami ketika kita berbuat baik, maka Tuhan hadir disitu,” Orno berargumen.

Ditambahkan, Panas pela Darah hari ini merupakan makna nyata dari mayang pinang mayang kelapa timbang cengkeh di Saparua, orang bilang ade deng kakak sagu salempeng dipata dua.

“Saya ingatkan untuk Upu Latu Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu untuk terus menjaga hubungan pela apalagi pela darah yang telah ditanamkan oleh para leluhur. Sekalipun mungkin orang melihat kita seperti pohon sagu yang seram tetapi dari dalam menghasilkan sagu yang putih, artinya perilaku baik itu yang utama sebagai hakekat hidup orang basudara. Ini warisan leluhur bak mutiara terbaik. Jika seluruh Maluku melestarikan hal tersebut, saya jamin tidak akan ada masalah antar negeri yang seperti marak belakangan ini,” tandasnya.(MT-01)