“Karena kecintaannya terhadap Maluku, Patawala kemudian membuat situs online dengan nama Totaal Moluk yang resmi diluncurkan di Museum Maluku pada tanggal 18 Mei 2024. Dengan harapan, melalui dunia digital, tradisi serta budaya maupun sejarah Maluku dapat diakses dengan mudah oleh seluruh keturunan Maluku di Belanda maupun di belahan negara lain,” jelas Matitaputty.
Ambon,moluccastimes.id-Bahasa Melayu Ambon merupakan bahasa yang seharusnya digunakan oleh generasi keturunan Maluku yang hidup di Negeri Belanda.
“Hal ini sangat memprihatinkan, kita melupakan tradisi nenek moyang dalam berbahasa, terutama anak muda,” aku salah seorang keturunan Maluku yang berdiam di Belanda, Alfred Matitaputty yang sedang menghabiskan masa liburnya di rumah keluarganya di Negeri Amahusu, Kecamatan Nusaniwe.
Matitaputty mengungkapkan, bagi dirinya, tradisi dan adat Maluku tetap menyatu dalam kehidupannya.
“Saya membiasakan berbahasa Melayu Ambon dalam keluarga bahkan dalam komunitas sesama keturunan Maluku. Selain itu membiasakan makan papeda ikan kuah kuning serta memakai baju cele atau baniang pada hari tertentu. Ini dilakukan untuk menjaga agar tradisi kita orang Ambon tidak hilang,” jelasnya.
Paman dari Pembalap Superbike berdarah Ambon, Michael van der Mark ini menyatakan anak muda zaman sekarang tidak bisa berbahasa Melayu Ambon, padahal mereka memiliki darah Ambon yang sangat kental, akhirnya menemui kesulitan berkomunikasi.
“Beberapa tahun lalu, seorang pemuda keturunan Maluku dari Belanda dari familie Patawala berkunjung ke Maluku. Dalam perjalanannya di Kota Ambon karena tidak bisa berbahasa Melayu Ambon, dia sangat kesulitan berkomunikasi,” ceritanya.
Karena kesulitan berkomunikasi, setelah Patawala kembali ke Belanda, mulai belajar bahasa Melayu Ambon bahkan semua tradisi budaya serta sejarah Maluku dipelajarinya.
“Karena kecintaannya terhadap Maluku, Patawala kemudian membuat situs online dengan nama Totaal Moluk yang resmi diluncurkan di Museum Maluku pada tanggal 18 Mei 2024. Dengan harapan, melalui dunia digital, tradisi serta budaya maupun sejarah Maluku dapat diakses dengan mudah oleh seluruh keturunan Maluku di Belanda maupun di belahan negara lain,” jelas Matitaputty.
Peluncuran tersebut dipandu Rio Lekatompessy bersama Michael Patawala.
“Dalam peluncuran tersebut mereka berdiskusi pentingnya transfer budaya dan bahasa antara lain bersama YaĆ«l Latuny, Mayella Lourens dan Jamie Schaduw. Mereka adalah generasi muda keturunan Maluku yang mmiliki atensi besar atas tradisi, bahasa serta sejarah Maluku untuk disebarluaskan,” pungkas Matitaputty. (MT-01)