Perdagangan Manusia, WN Bangladesh Diamankan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Surabaya

by -166 Views

HR, warga negara Bangladesh yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Polda Nusa Tenggara Timur dan Australia Federal Police (AFP), diamankan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Surabaya.

Surabaya,moluccastimes-HR, warga negara Bangladesh yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Polda Nusa Tenggara Timur dan Australia Federal Police (AFP), diamankan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Surabaya.

“Yang bersangkutan diduga kuat terlibat dalam penyelundupan manusia ke Australia,” ungkap Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Surabaya, Ramdhani, sabtu 18/05/2024.

Dikatakan, HR dilaporkan istrinya, warga negara Indonesia, S, pada 9 Januari 2024.

“Disampaikan suaminya meninggalkan rumah tidak diketahui keberadaannya. Ditambahkan suaminya itu terlibat kegiatan ilegal mendatangkan WNA dari Bangladesh dan Pakistan untuk diberangkatkan ke Australia,” tutur Ramdhani.

Atas laporan tersebut, pada 12 Januari dan 1 Maret 2024, S bekerja sama dengan petugas imigrasi untuk memancing HR agar keluar dari persembunyiannya. Selanjutnya, pada tanggal 2 April 2024 Kedutaan Besar Bangladesh mengonfirmasi bahwa HR memiliki rekam jejak kasus penyelundupan manusia.

“Petugas imigrasi berkoordinasi dengan Subdit Penyidikan Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian serta AFP pada 24-25 April 2024 dalam mencari titik terang keberadaan HR,” ulasnya.

Kolaborasi dengan Polda NTT dan dinyatakan bahwa HR adalah DPO Polda NTT.

“Saat petugas melakukan pengecekan di persembunyian HR, kami juga menemukan warga negara Bangladesh lain. Pada tanggal 11 Mei petugas memeriksa S, M (teman wanita HR), dan Sl (warga negara Bangladesh lain yang tinggal di persembunyian HR dan menemukan berbagai petunjuk dan alat bukti,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Saffar Muhammad Godam menerangkan, pada 13 Mei 2024 petugas imigrasi melimpahkan HR ke Polda NTT.

“Karena HR ini merupakan terduga tindak kriminal penyelundupan manusia DPO Polda NTT, maka kami limpahkan kepada Polda NTT selaku instansi yang berwenang memproses pelanggaran hukum tersebut. Dalam hal keimigrasian, Ia melanggar Pasal 120 ayat (1) dan (2) UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,” ujarnya.

Sementara itu, pada konferensi pers yang diselenggarakan pada Jumat (17/05/2024), Wakapolda NTT Brigjen Awi Setiyono mengatakan, HR dan komplotannya menggunakan modus memasang iklan di aplikasi TikTok dengan menawarkan pekerjaan di Australia untuk menjerat korbannya.

“Salah satu korban WN India dimintai uang sejumlah 2.000 Dollar Australia. Sementara itu tiga orang korban WN Bangladesh dan satu orang WN Myanmar dimintai uang sejumlah 30.000 Ringgit Malaysia,” ungkap Setiyono.

Akibat perbuatan tersebut, pelaku melanggar Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.

“Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 tahun. Denda paling sedikit Rp 500 juta dan paling banyak Rp 1,5 miliar,” tandasnya (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *