“Hal ini bertujuan untuk menjadikan Provinsi Maluku sebagai pusat budidaya rumput laut berskala global sekaligus model konservasi ekosistem pesisir yang terintegrasi,” ungkap Gubernur.
Ambon,moluccastimes.id-Guna memperkuat ekonomi biru serta mempercep6at pengelolaan sumber daya kelautan berkelanjutan, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, SH, LL.M menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) bersama Yayasan Samudera Indonesia Timur (YSIT) dalam Pengembangan Budidaya Rumput Laut dan Konservasi Ekosistem Lamun di Provinsi Maluku, di ruang rapat Gubernur Maluku. Selasa 27/05/2025.
“Hal ini bertujuan untuk menjadikan Provinsi Maluku sebagai pusat budidaya rumput laut berskala global sekaligus model konservasi ekosistem pesisir yang terintegrasi,” ungkap Gubernur.
Maluku, lanjutnya, terbuka untuk investor berinvenstasi.
“Selama investasi itu idealis dan responsif, taat undang-undang, bertanggungjawab merekrut tenaga kerja lokal yang signifikan, melakukan transfer pengetahuan kepada tenaga-tenaga lokal, serta mengelola dampak lingkungan secara baik,” aku pria smart itu.
***********************
Gubernur mengakui, Provinsi Maluku memiliki potensi perikanan budidaya yang besar mencapai 158.485,58 hektar, namun baru dimanfaatkan sekitar 8.516,30 hektar.
“Potensi ini memang belum digarap secara maksimal, oleh sebab itu kami membuka diri terhadap para investor untuk menggarap potensi namun harus sesuai penerapan prinsip dasar yang disebutkan tadi,” lugasnya.
Disebutkan, keunggulan startegis yang dimiliki Lamun adalah kemampuan menyimpan karbon biru (blue carbon), menopang keanekaragaman hayati, dan menjaga produktivitas perairan pesisir.
“Lewat penandatanganan MoU ini sebagai babak baru dalam upaya menggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui mekanisme perdagangan karbon biru (blue carbon trade) dengan potensi yang sangat besar di Maluku,” lugas ayah tiga anak itu.
Lebih jauh, Gubernur menyambut baik inisiatif Yayasan Samudera Indonesia Timur dalam keterlibatan untuk membangun sistem dari hulu ke hilir.
“Salah satunya rencana pembangunan laboratorium terpadu di Universitas Pattimura, serta pendirian pabrik pengolahan rumput laut. Langkah ini akan memberikan manfaat lingkungan, juga manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat dan daerah,” ujarnya.
Ditambahkan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, Erawan Asikin, untuk pengembangan rumput laut di Maluku, akan menggunakan teknologi terbaru.
“Hingga nantinya bisa menghadirkan pabrik pengembangan rumput laut di Provinsi Maluku Sementara untuk lamun, YSIT juga berupaya memperbaiki kondisi ekosistem lamun yang ada,” ungkap Asikin.
Ditempat yang sama, Ketua YSIT, Nelly Marinda Situmorang,menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung pengembangan sektor kelautan di Indonesia Timur melalui investasi dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
“Disini yang perlu dilibatkan adalah masyarakat lokal dalam setiap tahap pelaksanaan program sehingga masyarakat merasakan dampaknya,” tandas Situmorang.
Kegiatan diakhiri dengan penyerahan cinderamata antara Gubernur Maluku dengan YSIT yang turut disaksikan Pimpinan OPD terkait lingkup Pemerintah Provinsi Maluku, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku beserta jajaran, Wakil Rektor III Universitas Pattimura, Akademisi dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Unpatti, Balai Perikanan Budidaya Laut Kota Ambon, serta para stakeholder. (MT-01)