Rajut Hidup Dalam Cinta Kasih Manifestasi Hubungan Pela Paisine Yamalatu & Risapori Henalatu

by -131 Views

Waraka,MollucasTimes.com-Makna perayaan Natal Anak Cucu Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu adalah merajut hidup dalam cinta kasih sebagai manifestasi hubungan yang telah ada sejak datuk dan para leluhur.

Demikian pesan Natal yang disampaikan Kepala Pemerintah Negeri Nalahia, Kabupaten Maluku Tengah, Drs. Franky J.R Leiwakabessy, M.Si disela Perayaan Natal Anak Cucu Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu, Minggu, 18/12/2022.

“Malam ini, kita kembali diingatkan untuk tetap memintal hubungan emosional antara Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu dalam konteks hubungan pela darah yang telah terikat. Para tetua kita sudah meletakkan dasar ini sehingga kita yang sekarang ada harus menjaga serta melestarikan demi kehidupan kita saat ini maupun anak cucu di masa yanga akan datang. Diingatkan bahwa harapan para leluhur adalah hidup saling mengasihi, saling menopang, saling mendukung, ” papar pria bergelar Upu Latu Risapori Henalatu.

“Seperti pepatah orang Maluku, potong di kuku rasa di daging. Semoga Natal ini memberikan dampak kedamaian dan sukacita baik bagi Paisine Yamalatu maupun Risapori Henalatu menjelang kegiatan Panas Pela yang akan berlangsung dalam dua hari kedepan,” tandas ayah lima anak itu.

Pria rendah hati itu tidak lupa mengapresiasi panitia penyelenggara Natal Anak Cucu Paisine Yamalatu dan Risapori Henalatu.

“Dari tempat ini, saya perlu mengapresiasi panitia yang telah bekerja luar biasa sehingga acara perayaan natal malam ini dapat berjalan dengan baik dan suskes. Semoga asa yang kita tanamkan bersama akan membuahkan hal berdampak positif bagi kita dua saudara pela maupun bagi orang-orang yang berada disekelilng kita,” pungkas pria yang juga Ketua Latupati Nusalaut itu. 

Ditempat yang sama, Kepala Pemerintahan Negeri Waraka, Kabupaten Maluku Tengah, R.Y. B Lailossa SH menambahkan, ada kerinduan yang dalam selama enam tahun tidak melakukan panas pela.

“Hal ini disebabkan karena  satu tahun tertunda pelaksanaan kegiatan Panas Pela karena kita ada dalam Covid sehingga kita tidak dapat bertemu namun tahun ini menjadi nyata sesuai komitmen. Olehnya, perlu saya tegaskan bahwa momen seperti ini perlu dijaga karena itu adalah amanah yang harus dipelihara kebersamaan, budaya adat yang telah diturunkan oleh para datuk,” tegas ayah tiga anak itu. 

Pria berwibawa ini secara terus menerus mengingatkan bahwa kebersamaan yang harus dijaga hingga generasi yang akan datang.

“Jika kita yang hidup saat ini membuat kesalahan maka tentunya generasi yang akan datang juga terimbas dan kesalahan itu tetap ada. Saya perlu mengingatkan bahwa pela darah ini berbeda dengan pela yang lainnya karena ada sumpah yang mengikat seperti yang tetulis apa yang terikat di bumi terikat juga di surga, pela ini tidak pandang agama, besar atau kecil karenanya harus baik dijaga dengan baik,” ulas Upu Latu Paisine Yamalatu.

Dengan lemah lembut Lailossa yang bergelar Upu Latu Lailosatte ke-XX meminta agar dua saudara pela menghadapi panas pela dapat menjaga ketentraman.

“Dua hari kedepan kita akan melaksanakan Panas Pela sehingga dari tempat ini saya meminta agar setiap kita jangan terprovokasi isu-isu yang tidak bertanggung jawab. Pelihara kedamaian sehingga apa yang kita harapkan bersama akan berjalan sesuai kehendak Tuhan,” tutupnya.

Refleksi Natal dibawakan Sekertaris Umum Sinode GPM, Pdt. I. Sapulette dan dihadiri oleh Ketua Klasis GPM Masohi, Pdt. Dana Lohy; Ketua Majelis Jemaat GPM Waraka Pdt. Leuwol-Berhitu; Ketua Majelis Jemaat GPM Nalahia, Pdt. Jopie Patty; Sesepuh Negeri Nalahia, Marlatu Leleury, SE bersama Ibu Joan Leleury; Ketua Dewan Stasi Khatolik, F.R Sogen; Imam Masjid Jemaat Waraka Ibrahim Nolowala serta anak cucu kedua saudara pela.

Perayaan natal diakhiri dengan ramah tamah dan jamuan makan malam bersama di kediaman Upu Latu Lailossate ke- XX. (MT-01).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *