Ambon,MollucasTimes.com-Dalam upaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan peternak tentang persilangan ternak unggul dan seleksi bibit serta memanfaatkan limbah perikanan dan limbah ampas sagu (limbah pertanian) dan pembuatan minuman herbal untuk pencegahan penyakit ayam maka perlu diupayakan pelatihan untuk memotivasi peternak memperbaiki sistem pemeliharaan sehingga dapat mengembangkan usaha peternakan ayam kampung bahkan sebagai penyedia bibit ayam (seleksi telur dan penetasan) khususnya bagi kelompok peternak ayam kampung di Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon.
Hal ini diungkapkan, Ketua Kelompok Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan Universitas Pattimura, Ir. Bercomien Juliet Papilaya, MP kepada MollucasTimes.com, Kamis 10 Juni 2021
“Kami telah melakukan kegiatan bersama kelompok peternak ayam kampung di Desa Poka ini pada Oktober 2020 lalu, mulai dari penyuluhan, diskusi, hingga persiapan pembuatan/penyediaan bahan-bahan dan alat-alat, demplot-demplot khususnya pembuatan minuman herbal (jamu) bagi ayam. Pasalnya, dalam perjalanannya mereka masih membutuhkan penyuluhan, pendampingan secara kontinyu dalam mengembangkan usahanya. Juga perlu mengetahui kualitas pakan, penetasan, bibit-bibit ayam unggul, persilangan guna mendukung peningkatan populasi ternak ayam kampung,” ungkapnya.
Dengan kegiatan tersebut memberikan dampak positif bagi kelompok peternak ayam kampung.
“Minimal mereka dapat memproduksi ternak ayam lebih baik untuk kebutuhan keluarga maupun masyarakat bahkan mengurangi kerusakan tanaman pekarangan dan pemanfaatan limbah yang terbuang. Sebab, produksi ayam kampung dengan seleksi bibit unggul sebagai pejantan dan induk tersebut memanfaatkan limbah perikanan dengan limbah ampas sagu (limbah pertanian),” paparnya.
Dijelaskan, ayam kampung merupakan ternak dwiguna, penghasil telur dan daging.
“Harga jual telur dan daging ayam kampung lebih mahal dibandingkan dengan telur dan daging ayam ras. Intensifikasi ayam buras telah dilakukan oleh Pemerintah guna meningkatkan populasi ternak ayam dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Sementara itu, ayam kampung dapat dikembangkan lewat penggunaan bibit unggul (crossbreeding), mempertahankan manajemen pemeliharaan yang baik, salah satu diantaranya pemberian makanan berkualitas baik dan efisien dengan memanfaatkan bahan lokal daerah yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia,” jelasnya.
Salah satu bahan pakan lokal yang tersedia namun belum dimanfaatkan secara maksimal adalah pemanfaatan hasil tangkapan ikan atau limbahnya (ikan ruca) sebagai sumber protein hewani.
“Ikan memiliki kadar protein sebesar 15-24 %, karbohidrat/glikogen 1-3 %, air 66-80 % dan zat organik 0,8-2,0%. Biasanya, limbah ikan dalam bentuk mentah akan dibuang karena pasti membusuk. Nah, ini perlu diolah dalam bentuk kering sehingga dapat disimpan sebagai ransum. Pengeringan ikan dapat dilakukan pada masa surplus (hasil berlimpah) sehingga dapat digunakan pada masa kekurangan (paceklik). Ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak pada fase starter/grower sampai produksi telur pada fase layer. Selain itu, bahan pakan sumber vitamin dan protein nabati antara lain daun singkong, lamtoro hijauan, daun kelor, daun matel, yang berproduksi melimpah saat musim hujan namun belum dimanfaatkan secara maksimal,” tandasnya.
Kegiatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan pihak yang terkoordinasi yang melibatkan para dosen diantaranya Ir. BERCOMIEN JULIET PAPILAYA, MP; RAJAB, SPt., MSi; ASTRI DWYANTI TAGUEHA, SPt, MSc; SHIRLEY FREDRIKSZ, SPt, MSi serta kelompok peternak dengan melakukan observasi untuk mengetahui sistem beternak ayam. Selain itu penyuluhan tatap muka, diskusi dan tanya jawab yang berorientasi pada manajemen usaha peternakan.
Dirinya berharap, melalui kegiatan yang telah dilakukan kelompok peternak ayam kampung mendapatkan informasi teknologi tentang beternak ayam kampung yang benar demi meningkatkan perekonomian baik untuk keluarga maupun bagi masyarakat sekitar.(MT-01)