Warga Belanda Bangga Hadiri Panas Pela Darah Waraka-Nalahia

by -93 Views

Waraka,MollucasTimes.com-Apresiasi terhadap pelaksanaan Panas Pela Darah antara Waraka-Nalahia diungkapkan salah satu warga negara Belanda asal Henalatu Risapori, Ado Latumakulita-Siaila.

“Saya merasa bangga bisa menghadiri acara Panas Pela Darah antara Waraka-Nalahia. Ini sangat hebat dan luar biasa. Baru pertama kali melihat dan menghadiri  acara adat Panas Pela,” ungkapnya dengan Bahasa Indonesia yang cukup lancar, Selasa 20/12/2022.

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu mengakui, dirinya memiliki darah Henalatu Risapori.

“Walaupun saya lahir di Belanda namun darah Risapori Henalatu mengalir dalam tubuh saya dari marga Siaila, Sedangkan suami saya itu asalnya dari Seram Bagian Barat (SBB), kampung Niulehu, ” akunya.

Demi melihat prosesi Panas Pela Darah tersebut, Ado hanya bisa berharap apa yang telah digariskan leluhur harus dilaksanakan dengan benar.

“Dengan adanya Panas Pela setiap lima tahun ini maka Waraka dan Nalahia harus semakin bersatu serta memegang apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita. Semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati oleh dua masyarakat. Semoga kehidupan kita dua negeri lebih banyak cinta kasih,” pungkasnya.

Sementara itu, acara Panas Pela Darah Waraka-Nalahia diawali dengan penjemputan Upu Latu Peisina Yamalatu  oleh  Saniri Negeri dan masyarakat  Waraka diringi tarian oleh pasukan cakalele  menuju  Baileo Besar Ina Ama Latu Lailossate. Selanjutnya, penjemputan juga dilakukan  terhadap Upu Latu Risapori Henalatu yang dijemput oleh Saniri Negeri dan masyarakat Nalahia diiringi juga dengan pasukan  cakalele.

Setiba di Baileo disambut oleh tua tua adat Negeri Waraka yang telah menunggu. 

Selanjutnya acara Panas Pela yang dilakukan diatas batu Pamale yang terletak disamping kiri Baileo. Diatas batu Pamale terdapat dua mangkok yang tebuat dari tempurung kelapa yang bersisi sopi, satu ruas jari bambu kecil sebagai tempat darah serta satu botol sopi.

Setelah kedua negeri menarikan cakalele, dibacakan sejarah lahirnya Pela Darah antara Waraka-Nalahia.

Masing-masing Upu Tanah Peisina Yamalatu, Zeth Maatoke dan Upu Tanah Risapori Henalatu, Yoel Berhitu berbahasa tanah kemudian menancapkan tombak dalam tempurung kelapa yang berisi sopi. Setelah itu Upu Peisina Yamalatu dan Upu Risapori Henalatu mengambil darah dari jari tangan masing-masing kapitan ditaruh dalam satu ruas bambu kecil. 

Darah itu harus diminum oleh dua kapitan masing-masing negeri. Sementara sopi dalam tempurung yang telah ditancapkan tombak kemudian oleh kedua Upu Latu dipercikkan ke seluruh masyarakat yang hadir.

Begitu hebatnya prosesi Panas pela Darah itu sehingga seluruh aturan dalam adat yang telah diikat oleh para leluhur harus ditaati dengan benar.

Acara di Baileo ditutup dengan doa oleh Ketua Majelis Jemaat GPM Waraka, Pdt. Ny. M. W. N Leuwol-Berhitu; Ketua Majelis Jemaat GPM Nalahia Pdt. Joppy Patty; Ketua Dewan Stasi Khatolik, F.X Sogen; Imam Masjid Jemaat Waraka Ibrahim Nolowala.

Usai melakukan Panas Pela, kedua negeri melakukan ucapan syukur di gereja SELA HAMALEKOTH yang bersebelahan dengan Baileo. Hal ini dikarenakan Raja Waraka adalah seorang Kristen. 

Refleksi firman Tuhan dipimpin Pdt. I. H Hetharie tentang kerukunan hidup dalam Mazmur 133.

Terlihat Upu Latu Peisine Yamalatu yang bergelar Upu Lailossate XX dan Upu Latu Risapori Henalatu mengenakan baju kebesaran raja, memunculkan kewibawaan dan kebijaksaan yang hakiki. (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *