34 Klasis Soroti Penerapan Aturan Gereja & Kasus KAT Di Paripurna Laporan Umum & Keuangan

by -68 Views

“Secara umum Klasis lebih dominan mengoreksi penerapan aturan gereja. Secara khusus menyoroti masalah Klasis Ambon Timur, seluruh Klasis meminta agar hal tersebut menjadi atensi untuk sesegera mungkin diselesaikan. Dengan catatan, masalah gereja harus diselesaikan secara gereja dan dalam gereja,” jelas Wanita yang kerap disapa Pendeta Lenny itu.

Ambon,moluccastimes.id-Dalam agenda Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) terjadwal Paripurna Penyampaian Laporan Umum dan Keuangan sebelum melanjutkan Sidang Komisi.

“Dalam paripurna ini sejumlah hal mengemuka dan patut menjadi perhatian semua peserta sidang tidak terkecuali Majelis Pekerja Harian (MPH)Sinode periode 2021-2025,” ungkap Wakil Ketua MPH Sinode Pdt. Ny. L. Bakarbessy-Rangkoratat usai Paripurna di gedung Gereja Maranatha, Senin, 20/10/2025.

Paripurna yang dihadiri MPH Sinode lengkap serta 34 Klasis GPM itu meng”aura”kan suasana yang cukup melankolis.

“Hal utama adalah ungkapan syukur sebagai MPH periode 2021-2025 dengan tuntunan Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja telah memampukan kami mempertanggungjawabkan seluruh kinerja pelayanan selama lima tahun,” jelas Bakarbessy dengan nada haru.

Dengan atmosfir yang tercipta dalam paripurna cukup membuat mata berkaca-kaca.

“Dalam pelayanan MPH Sinode periode saat ini terdapat kekurangan maupun tantangan yang dihadapi. Tetapi atas perkenanan Tuhan, maka segalanya dapat dilakukan dengan segala baik. Walaupun periodisasi ini akan berakhir, namun keberlanjutkan pelayanan terus berjalan dalam tuntunan Tuhan sepanjang dunia ini ada. Bahwa kehadiran gereja dituntut menjadi berkat bagi kemuliaan Tuhan,” lugasnya.

Pendeta rendah hati itu mengakui, masalah yang terjadi dalam pelayanan secara umum menjadi bahan evaluasi.

“Secara umum Klasis lebih dominan mengoreksi penerapan aturan gereja, secara khusus menyoroti masalah Klasis Ambon Timur. Seluruh Klasis meminta agar hal tersebut menjadi atensi untuk sesegera mungkin diselesaikan. Dengan catatan, masalah  gereja harus diselesaikan secara gereja dan dalam gereja,” jelas Wanita yang kerap disapa Pendeta Lenny itu.

Dirinya bersyukur bahwa atmosfir yang tercipta dalam paripurna cukup baik.

“Memang dalam setiap sidang gereja, banyak interupsi dan menjadi suatu yang baku. Namun, Puji Tuhan, semua berlangsung dengan aman. Sebab laporan MPH Sinode sebelumnya telah dibahas di tataran Klasis terkait apa yang akan disampaikan dalam Sidang Sinode terutama kebutuhan gereja, apa yang harus diperbaki, dikembangkan atau dibenahi demi keberlanjutan gereja,” bebernya.

Bakabessy mengapresiasi penyampaian tiap Klasis yang dilakukan dalam tataran norma serta suasana yang tertib.

“Sidang paripurna tahun ini sungguh dalam suasana tertib, dibandingkan dengan Sidang Sinode ke-38 lalu. Semua masukan disampaikan dengan lugas, jelas dan baik,” timpalnya.

Disisi lain, isu pemilihan MPH periode 2025-2030 juga mengemuka.

“Pemilihan ini kita serahkan pada Tuhan, semua harus takluk pada kedaulatan Tuhan sebab manusia merencanakan tetapi keputusan itu ditangan Penjunan kita,” Bakarbessy berargumen.

Wanita yang pernah memimpin Jemaat GPM Kabailu ini tidak menyangsikan kinerja MPH periode sekarang.

“Kami semua telah bekerja sesuai dengan tanggungjawab, namun untuk kedepan banyak tantangan yang harus digumuli seiring dengan perubahan zaman, disamping itu GPM adalah gereja yang besar dengan sejumlah problematikanya sehingga memang butuh pemimpin yang mumpuni, yang lebih tangguh dari perubahan zaman itu sendiri,” tandasnya.

Dirinya berharap semoga pemimpin baru yang akan lahir, melayani dengan hati dan merendahkan diri dalam pola kehambaan supaya umat dilayani dengan kasih. Bahkan para pelayan juga bekerja seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.(MT-01

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *