50 Wartawan Indonesia Timur Ikut Pelatihan Peningkatan Profesionalisme

by -106 Views

Ambon, Mollucastimes. Com -PT Pertamina pusat menggandeng Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menggelar kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme wartawan yang diikuti kurang lebih 50 jurnalis dari wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Selatan (Sulsel).

Kegiatan pelatihan ini digelar di The Natsepa Hotel, Minggu, (5/2/2017), turut hadir Manager External Communications PT Pertamina, Jackson Simanjuntak.

Sebagai narasumber, panitia mengundang tiga orang yang berkompeten di bidangnya. Masing-masing, perwakilan PWI Pusat dengan materi tentang sosial media, Nico Wattimena selaku anggota Dewan Penasehat PWI Pusat dengan materi tentang informasi, peristiwa dan nilai berita, dan Hady Sutarto dengan materi tentang etika bisnis untuk jurnalis.

Dalam paparan materinya Nico Wattimena menjelaskan, berbicara jurnalistik tidak lepas dari berita. Berita, lanjutnya, bukan hanya serpihan informasi maupun sudah menjadi informasi yang bernilai yang memiliki daya jual dan daya tarik tersendiri namun yang perlu dipahami adalah tentang peristiwa yang terjadi dan standar beritanya.

“Pemahaman awal berita adalah peristiwa dan setiap peristiwa yang terjadi berpotensi menjadi berita tetapi tidak semua peristiwa di sekeliling kita itu punya nilai berita. Karena itu angkah awal bagi jurnalis adalah mengetahui mana yang memiliki nilai berita dan mana yang tidak. Sedangkan standar berita, nilai itulah yang menentukan apakah berita itu penting, setengah penting atau tidak penting. Berdasarkan standar nilai berita itulah, dewan redaksi menyusun rangking dari berita utama sampai ke berita tidak penting,”jelasnya.

Ditambahkan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan sebuah peristiwa itu bernilai atau tidak. Karena Ada banyak pendapat untuk menentukan layak atau tidak nya jadi berita atau tidak. Setiap media bahkan memiliki standar bagaimana berita itu disebut penting atau tidak. Serta juga pengetahuan umum relatif sama di seluruh dunia tentang apa yang disebut layak berita atau peristiwa bernilai berita.

“Yang bernilai berita, harus mengandung empat faktor. Yaitu aktual, pengaruh, konflik dan keunikan,” katanya singkat.

Aktual, menurutnya berarti sekalipun berita dihilangkan tetapi muncul lagi dan pembahasan topiknya tidak akan selesai dalam jangka waktu lama. peristiwa aktual (baru saja terjadi) akan menjadi bahan pertimbangan untuk diklasifikasikan sebagai sebuah peristiwa. Contoh misalnya pada kasus yang saat ini ramai dibicarakan yang menimpa Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama.

“Peristiwa aktual ini digolongkan baru sehingga menarik perhatian pembaca dan pemirsa.
Untuk faktor pengaruh akan menjadi pertimbangan utama seorang jurnalis dalam liputannya. Semakin besar tampak kejadian terhadap masyarakat semakin besar pula nilai beritanya”ulasnya.

Faktor konflik, dalam skala kecil dan besar kerap kali mendapat perhatian publik. Sebab itulah konflik memiliki berita di mana jurnalis. Ini tentu tidak bermaksud memperbesar dan mengobarkan konflik tapi untuk memberitahukan dan menginformasikan publik seputar konflik tersebut.

Sedangkan faktor Keunikan, merupakan sesuatu yang tidak biasa akan mengundang perhatian publik. Peristiwa yang langka dan unik, memiliki nilai berita tersendiri. Jurnalis akan melihatnya dari aspek keunikan dan pengaruh terhadap masyarakat atau dampak yang lebih luas (semburan lumpur sidoarjo).

“Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media memiliki kemampuan persuasif yang tinggi dalam menggalang opini publik. Dalam menggalang interaksi antara perusahaan dan media, perlu pengertian yang sama tentang nilai berita. Jurnalistik tidak lepas dari berita dan perlu mengetahui mana yang memiliki nilai berita atau tidak,” tandas Nico Wattimena. (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *