“Untuk itu, dalam Sidang Sinode ini kita telah menetapkan PIP-RIPP, sebagai Pedoman Misiologis yang mengangkat isu-isu aktual sesuai kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya, agama dan perkembangan teknologi di Maluku dan Maluku Utara. Kami berharap, semua ini membuat sinergitas gereja dengan pemerintah daerah, menuju 1 Abad GPM (2035) dan Indonesia Emas (2045). Artinya GPM juga menempatkan posisi dan peran misinya demi menghadirkan Injil yang memanusiakan manusia di persada Nusantara,” jelasnya.
Ambon,moluccastimes.id-Diujung masa pengabdiannya, MPH Sinode periode 2020-2025, meninggalkan sejumlah harapan penting.
“Terpujilah Tuhan, anugerah-Nya sungguh baik. Ia adalah Allah yang setia atas perjanjian anugerah-Nya dengan orang-orang percaya yang bersekutu dalam gereja yang satu, keluarga Allah yang besar, yaitu Gereja Protestan Maluku. Baiklah kita meresponi Anugerah Allah itu dengan menyatakan Syukur, sebab kita tidak akan mampu melakukan semua ini di luar Tuhan,” demikian Ketua MPH Sinode Periode 2020-2025, Pdt. E.T Maspaitella disela penutupan Sidang Sinode ke-39 GPM, di Gereja Maranatha, Sabtu 25/10/2025.

Diakuinya, GPM adalah gereja milik semua masyarakat Maluku dan Maluku Utara, suatu gereja yang menjadi simbol kohesi masyarakat berbudaya, beradat dan beragama di kepulauan nan kaya ini.
“Untuk itu, dalam Sidang Sinode ini kita telah menetapkan PIP-RIPP, sebagai Pedoman Misiologis yang mengangkat isu-isu aktual sesuai kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya, agama dan perkembangan teknologi di Maluku dan Maluku Utara. Kami berharap, semua ini membuat sinergitas gereja dengan pemerintah daerah, menuju 1 Abad GPM (2035) dan Indonesia Emas (2045). Artinya GPM juga menempatkan posisi dan peran misinya demi menghadirkan Injil yang memanusiakan manusia di persada Nusantara,” jelasnya.
Pendeta rendah hati itu menyatakan, wawasan kesatuan dan keluarga Allah sebagai sumber spiritual dan imaniah GPM mengajak seleuruh elemen membangun konsolidasi seluruh elemen sosial dan politik agar berjuang mewujudkan pembangunan merata di kepulauan Maluku.

“Sebab Tifure Mayau sampai Usthutun haruslah menjadi kawasan andalan pembangunan wilayah kepulauan, dengan menjadikan daerah pelosok dan pedalaman sebagai kekuatan ekonomi dengan mengelola secara terencana dan berkelanjutan semua potensi pangan dan ekonomi lain di semua desa, negeri, ohoi. Ini adalah hasil refleksi GPM atas realitas kemiskinan ironis di kedua Provinsi ini,” tandas Maspaitella.
Dikatakan, pusat-pusat Kota dan Kabupaten perlu menjadi pusat kohesi sosial.
“Sebab kemajemukan di kota mesti dikelola menjadi kekayaan perdamaian Maluku dan Maluku Utara. Untuk hal ini, GPM akan terus membingkai perdamaian dan persaudaraan lintas iman, sehingga kota-kota menjadi laboratorium kehidupan damai dan memancarkan damai dari Maluku dan Maluku Utara ke seluruh dunia. Dahulu kota-kota kita menjadi bandar dagang rempah-rempah, dan kolonialisme tumbuh di sini. Sekarang, kita terpanggil merempahi dunia dengan wangi damai. Kita harus “menjajah” dunia dengan peradaban damai, suatu gerakan sejarah baru yang membuat Maluku dan Maluku Utara membungkusi dunia dengan kain gandong,” ulasnya.
Dalam hal itu pula, lanjutnya, GPM akan terus menjaga perdamaian dan stabilitas yang kuat bersama TNI/Polri demi kemajuan daerah dan bangsa.

“Pela deng gandong Salam, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu dan Agama Adat di Maluku dan Maluku Utara. Kita lahir dari rahim yang sama. Ama-Ina adalah orang tua. Rahim mereka penuh cinta, rahim mereka tidak membedakan siapa pun. Bumi kita ibarat Susu Mama yang menetes air murni, air kehidupan sehingga kita terikat dalam sumpah suci Pela, Gandong, Larvul Ngabal, Kalwedo, Kidabela, Sita Eka Tu, Kai Wai, Hibualamo, Saruma, menjadi saudara satu rahim damai, rahim mama, rahim Ina. Mari kita berjanji takkan ada lagi permusuhan, kain gandong tetap putih mewangi, tangan terbuka saling memeluk. Ini cinta dari rahim, dari tanah pusaka kita,” terang Maspaitella.
Dirinya mengajak semua elemen membuka mata dan telinga, melihat dan mendengar keadaan hidup serta harapan masyarakat. “Kemiskinan adalah keadaan yang sudah saatnya mengajak kita meningkatkan ketangguhan ekonomi setiap rumah tangga. Masih ada konflik agraria, kerusakan lingkungan hidup, kehancuran ekosistem, ketersingkiran masyarakat adat, rendahnya tingkat pendidikan, ketidakmampuan untuk berobat,” ajaknya.
Selain itu mendengar keluhan-keluhan masyarakat, menurutnya adalah bentuk rasa cinta kepada gereja.
“Mereka tahu bahwa gereja tidak sempurna, tetapi mereka ingin gereja tetap kudus dan dilayani oleh gembala-gembala yang mau berserah kepada Rohul Kudus, melayani dengan rendah hati, dan hadir langsung di dalam kehidupan mereka, serta menyelesaikan masalah mereka dengan rela habis, rela memberi diri. Jika Jemaat begitu mencintai gereja, maka mari kita berikan kasih yang luas seperti kasih Kristus kepada mereka semua,” paparnya.
Ungkapan Hati & Permintaan Maaf
Kepada seluruh jemaat GPM, pendeta arif itu menyatakan kasihnya.
“Saudara-saudara jemaat, kami sangat mengasihi saudara semua, sebab untuk melayani saudara-saudaralah kami dipanggil oleh Kristus, dan rela memberi diri sampai habis. Terimakasih untuk doa serta harapannya kepada kami. Doakanlah juga kami, terutama MPH Sinode yang baru, supaya kami tetap memberikan kasih yang sama dengan kasihmu di dalam kasih Kristus,” pintanya dengan nada lirih.

Maspaitella juga menyampaikan terimakasih kepada panitia pelaksana Kongres ke-30 AMGPM dan Sidang ke-39 Sinode GPM, khusus kepada semua Jemaat di Klasis Pulau Ambon Timur dan Pulau Ambon.
“MPH Sinode masa pelayanan 2020-2025 sadari masih ada tugas yang belum kami selesaikan, tetapi kami telah berusaha “menanam dan menyiram”. Tuhan pasti memberi pertumbuhannya. Tuhan telah memilih MPH yang baru, kami doakan saudara-saudara diberi hikmat untuk terus melayani. Selamat melayani. Kasih Allah beserta saudara semua,” harapnya.
Selanjutnya, ucapan terimakasih juga diberikan kepada rekan pelayan, staf dan pegawai di Kantor Sinode, semua Badan Penyelenggara Pelayanan Sinode, bahkan kepada Pemerintah Provinsi Maluku maupun Kota Ambon.
“Maafkan kekurangan dan kelemahan kami. Tuhan menolong kita semua,” tandasnya. Ditambahkan, MPH Sinode pelayanan 2020-2025 bersama keluarga mohon diri dari jemaat GPM.
“Besok Minggu, 26 Oktober 2025, dalam ibadah jemaat di Gereja Pusat, Maranatha, pada jam 18.00 semua tugas ini akan kami serahkan diawali dengan Ibadah Peneguhan MPH Sinode GPM masa pelayanan 2025-2030. Maka secara pribadi dan keluarga, saya minta dari MPH Sinode yang baru, perkenankanlah saya bersama istri dan anak-anak kami melaksanakan tugas pengutusan sebagai Pendeta di salah satu Jemaat GPM. Tetaplah setia seturut iman dalam moto kita: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Korintus 3:6),” lugas Maspaitella.
Harapan Kelanjutan Gumulan Gereja
Diakhir arahannya, Maspaitella menyerahkan air dari tempayan Sirimau untuk melanjutkan pergumulan gereja ini.
“Air dari Tempayan Sirimau, telah diberi oleh semua masyarakat Soya untuk menyejukkan hati kita, supaya kesegarannya kita bawa ke seluruh negeri kita. Saya adalah anak dari Soa Pera di negeri Soya, dari mata rumah Pesulima, atas nama semua masyarakat di gunung Sirimau, kami persembahkan air ini untuk menyejukkan hati semua umat. Semoga Tuhan menolong kita,” apresiasi Maspaitella.(MT-01)












