Disdik Kota Ambon Gandeng HIMPAUDI, PAUD MAMANA, IGTKI Berbagi Kasih Di Malteng

by -75 Views
Disdik Berbagi Kasih

Ambon,mollucastimes.com-Memiliki rasa sepenanggungan dengan para pengungsi korban gempa Maluku, Dinas Pendidikan Kota Ambon menggandeng HIMPAUDI, PAUD MAMANA  dan berbagi kasih kepada sejumlah PAUD yang berada di Kabupaten Maluku Tengah.

Hal ini diungkapkan Kepala Bidang PAUD & PNS Dinas Pendidikan Kota Ambon, Yasmu Budiatin, S.Pd, M.Si kepada mollucastimes.com, Senin 04/11/19.

Belajar bersama  di tenda

“Kunjungan kita ke tempat pengungsian terutama tenda PAUD untuk melihat dari dekat kondisi anak-anak PAUD yang belajar seadanya dalam tenda. Selain mengajak mereka bernyanyi, bermain bersama, diskusi bersama mereka, kita juga menyempatkan untuk berbagi kasih. Kita ingin, biarpun mereka berada di tenda pengungsi namun semangat untuk belajar tidak pudar. Karena itu bingkisan yang kita berikan berupa peralatan menggambar sehingga mereka punya kesibukan baru dan bisa melupakan keadaan yang sementara dialami. Selain peralatan menggambar, kita juga membantu sekedarnya dengan makanan ringan dan susu yang merupakan bantuan dari Morinaga,” jelas ibu tiga putera ini.

Kabid PAUD bersama Gio

Dikatakan bantuan dana yang diperoleh dari Simpatisan serta Pemerhati Peduli Bencana Maluku. Dari bantuan tersebut, Budiatin beserta rombongan mengunjugi 9 titik.

“5 PAUD di Negeri Liang dan 4 PAUD di Negeri Waai,” timpalnya.

Ada beberapa hal menarik yang ditemuinya saat melakukan  kunjungan terutama di tenda pengungsi Negeri Waai.

“Ada cerita seorang anak namanya Kenzo, yang saat terjadi gempa berada di sekolah. Kenzo kemudian dieavakuasi ke pengungsian tanpa tahu dimana orang tuanya berada. Menjelang tengah malam, barulah Kenzo bisa bertemu dengan kedua orang tuanya. Saat bertemu Kenzo tidak mau lepas dari genggaman orang tuanya karena rasa takut kehilangan. Hal ini yang membuat saya berpikir, dampak bencana sungguh besar bagi psikologi terutama anak-anak,” ceritanya.

Lain cerita juga ketika dirinya bersama IGTKI Provinsi Maluku dan Kota Ambon mengunjungi Liang, Waai, Tulehu dan Suli.

“Ada seorang anak, Gio namanya. Sementara kita melakukan banyak permainan dan mengajak anak-anak bermain bersama, Gio mendekati saya dan mengatakan ingin kembali  pulang kerumah. Sempat dari bibirnya keluar kalimat : “Ibu guru kenapa beta disini? beta mau pulang. Beta mau bakudapa deng beta punya tamang-tamang. Ibu guru dong dimana samua?. Ibu guru antar beta pulang jua”.
Saya mencoba menghibur Gio yang sempat menangis.

Bernyanyi bersama

Namun, hal yang membuat dirinya hingga kini masih terkenang dengan Gio adalah sambil menangis, Gio mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

“Dia memberikan saya Kuli Bia. Ini mungkin satu-satunya mainan yang dimiliki saat ini tetapi dia berikan pada saya sambil berkata : “Ibu guru ambil ini untuk ibu guru. Ini oto-oto. Ibu guru bawa pulang jua”. Dari rentetan cerita  tentang tingkah, kondisi, situasi anak-anak di tenda bahkan yang belajar di tenda walaupun kepanasan, membuat saya semakin bersemangat untuk mencari donatur dan mengunjungi mereka kembali,” kenangnya.

Kunjungan yang dilakukan bersama HIMPAUDI, PAUD MAMANA maupun IGTKI mendapat apresiasi dari Direktorat PAUD, Bapak Hasby.

Bermain bersama

“Beliau berterimakasih kepada kita karena telah melakukan hal luar biasa bagi anak-anak PAUD. Tidak itu saja, Kepala Sub Bidang Perencanaan & Evaluasi menyarankan agar tidak hanya anak-anak PAUD yang mendapat perhatian tetapi juga anak-anak putus sekolah terutama TKBM dan SKB yang terkana dampak. Ada bantuan di pusat sebanyak 200 juta dimana masing-masing kelompok akan diberikan 50 juta rupiah. Karena itu, kita akan segera mengirimkan prosposal ke Jakarta,” paparnya.

Budiatin berharap, Pemerintah Daerah dapat memperhatikan fasilias bagi anak yang belajar di tenda.

“Sarana dan prasarana harus ada walaupun mereka belajar di dalam tenda yang sangat panas. Dari segi kesehatan, memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Rehabilitasai sarana prasarana pemukiman karena lebih banyak rumah yang retak yang tidak bisa ditinggali. Dengan demikian anak-anak dapat kembali pulang ke rumah. Bahkan kegiatan Trauma Healing harus dilakukan sehingga mengembalikan keceriaan mereka seperti sedia kala,” tutupnya. (MT-01)