Namrole,MollucasTimes.com-Dalam upaya mengembangkan sektor pangan dan hortikulura, masih dibutuhkan tenaga penyuluh dan pendamping petani di Kabupaten Buru Selatan (Bursel).
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kab Bursel, idris Loilatu, SP, M.Si kepada MollucasTimes.com, Senin, 07/11/2022.
“Untuk dua sub sektor ini kita memang masih kurang tenaga penyuluh dan pendamping, padahal sub sektor ini sangat memberikan harapan yang luar biasa,” akunya.
Pria tampan itu mengungkapkan, dalam hal ini pihaknya telah melakukan pendekatan dalam upaya mendapatkan penambahan penyuluh dan pendamping petani dalam hal ini pemerintah daerah sudah mengusulkan lewat kementarian pertanian agar penambahan tenaga penyulu dan pendamping petani
“Namun hingga kini belum terealisasi, padahal ini adalah salah satu strategi dalam upaya mendorong pengembangan dua sub sektor itu. Secara administrasi Bursel ini memiliki delapan puluh satu (81) desa dimana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengatur tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan secara holistik dan komprehensif dalam suatu pengaturan yang terpadu, serasi antara penyuluhan yang diselenggarakan oleh kelembagaan penyuluhan pemerintah, kelembagaan penyuluhan swasta, dan kelembagaan penyuluhan swadaya kepada pelaku utama dan pelaku usaha. Sehingga dapat dikatakan, bahwa satu desa minimal harus memiliki satu penyuluh,” terangnya.
Namun, untuk Kab Bursel, lanjutnya, hanya memiliki dua puluh enam (26) penyuluh PNS. “Jumlah ini sangat jauh sehingga menyulitkan kita melakukan pengembangan, disamping itu keterbatasan sumber daya petani juga menjadi kendala dalam proses pengembangan sub sektor pertanian. Tetapi diatas semuanya tidak menyurutkan semangat dalam keterbatasan untuk menjawab kebutuhan komoditas yang memicu inflasi yaitu cabe dan bawang,” lugasnya
Disebutkan ada tiga (3) kluster kawasan yang dikembangkan untuk menekan inflasi melalui pengembangan komoditas hortikultura.
“Tiga kawasan itu diantaranya Kepala Madang yang memasarkan komoditasnya ke Ambon dan Namlea, sedangkan Waisama, masuk ke Namlea dan Namrole serta kawasan Namrole komoditas itu cenderung dipasarkan di Namrole,” rincinya.
Loilatu mengungkapkan pihaknya berusaha untuk merealisasikan visi dan misi pemerintah daerah yaitu meningkatkan kemandirian Buru Selatan secara berkelanjutan sebagai kabupaten yang rukun adil sejahtera berbasis agro marine. Serta misi kedua yaitu pembentukan pengembangan produksi perikanan dan pertanian berbasis potensi unggulan wilayah.
“Ada tiga diantara lima sektor sebagai pengembangan di Bursel diantaranya argomarine, pertanian dan perikanan guna menjawab visi dan misi pemerintah daerah dimana Dinas Pertanian mengembangkan sub sektor pangan (hortikultura) yaitu cabe, bawang serta sayuran. Mengapa demikian karena mengingat potensi lahan yg begitu luas namun keterbatasan SDM petani dan penyuluh minim sehingga dipilih untuk pengembangan cabe, bawang yang lebih mudah. Sementara perkebunan memiliki potensi luar biasa, dimana Bursel terkenal dengan pengembangan komoditas kelapa, cengkeh serta pala,” pemilik senyum manis itu berargumen.
Dikatakan untuk sektor pertanian, pihaknya telah berusaha melakukan pengembangan tanaman pangan lokal
“Kita pernah uji coba menananm padi namun terhambat karena petani belum familiar dengan padi. Sehingga solusi yang ditempuh adalah melakukan transmigrasi agar bisa mengelaborasi petani transmigrasi dengan petani lokal, mengingat minimnya tenaga penyuluh. Padahal kita punya Kepala Madang yaitu daerah Fogi, Fena Fafan yang luasan kawasan cukup untuk menanam padi,” jelas pria smart itu.(MT-01)