Diakuinya, capaian deflasi bulan ini terutama disebabkan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan andil deflasi (mtm) sebesar 0,20%.
Ambon,moluccastimes.id-Berdasarkan data BPS, Provinsi Maluku mengalami deflasi sebesar 0,05% (mtm), meningkan dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,29% (mtm).
“Secara Secara spasial, deflasi bersumber dari seluruh kota IHK, yaitu Kota Tual, Kota Ambon, dan Kab. Maluku Tengah, yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,48% (mtm), 0,05% (mtm), dan 0,01% (mtm). Secara tahunan, realisasi inflasi Maluku tercatat sebesar 2,30% (yoy), berada dalam rentang dalam Rentang Sasaran 2,5±1%,” ungkap Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Maluku, Mohamad Latif, Senin 03/11/2025.
Realisasi ini lanjutnya, tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,01% (yoy), dan lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Nasional yang mengalami inflasi sebesar 2,86% (yoy).
Diakuinya, capaian deflasi bulan ini terutama disebabkan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan andil deflasi (mtm) sebesar 0,20%.
“Namun, penurunan harga utamanya terjadi pada komoditas hortikultura, antara lain tomat, bawang merah, kangkung, dan cabai rawit dengan andil deflasi (mtm) masing-masing sebesar 0,24%, 0,15%, 0,08%, dan 0,05%,” timpal Latif.
Menurutnya, kondisi ini dipengaruhi oleh berlangsungnya periode panen beberapa komoditas hortikultura di Kab. Maluku Tengah, Kota Ambon, Kab. Buru, dan Kab. Seram Bagian Barat serta terjaganya pasokan dari luar daerah.
“Walaupun demikian, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada komoditas ikan tangkap antara lain ikan cakalang, ikan tongkol, ikan layang, dan ikan selar dengan andil inflasi (mtm) masing-masing sebesar 0,14%, 0,12%, 0,12%, dan 0,10%. Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh low base effect dari realisasi deflasi pada bulan sebelumnya, sejalan dengan pola penurunan tinggi gelombang dan curah hujan di wilayah Maluku yang umumnya dimulai pada bulan September hingga akhir tahun,” paparnya.
Karena itu, sambungnya perlu pengoptimalan program.
“Optimalisasi ini diharapkan mampu mengendalikan inflasi,” pungkasnya.(MT-01)
