Ambon,moluccastimes.com-Maluku merupakan salah satu dari 6 provinsi di Indonesia yang belum tereliminasi penyakit kusta dan perlu kolaborasi untuk eliminasi kusta pada 2024.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Dr. dr. Bertha Jean Que Sp,S, M.Kes, Selasa 21/03/2023.
“Keenam provinsi tersebut yakni Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sementara di tingkat kabupaten/kota, total masih ada 101 kabupaten/kota yang belum eliminasi kusta. Sementara Indonesia masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor tiga di dunia setelah India dan Brazil,” ungkap Que.
Dijelaskan, kusta adalah penyakit infeksi kronis namun dapat disembuhkan, terutama menyebabkan lesi kulit dan kerusakan saraf yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae.
“Kondisi ini terutama memengaruhi kulit, mata hidung dan saraf perifer dengan gejala termasuk bercak-bercak berwarna terang atau kemerahan di kulit disertai dengan berkurangnya kemampuan merasa, mati rasa, dan lemas pada tangan dan kaki. Kusta dapat disembuhkan dengan terapi sejumlah obat selama 6-12 bulan. Penanganan dini akan menghindarkan dari kecacatan,” jelasnya.
Wanita smart itu mengatakan upaya eliminasi kusta di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan.
“Salah satunya masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap keluarga dan penderita kusta. Akibat dari stigma ini, pasien kusta tidak dapat melanjutkan pendidikan, sulit mendapat pekerjaan, diceraikan oleh pasangan, dikucilkan oleh lingkungan, ditolak di fasilitas umum bahkan fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga penderita semakin sulit dideteksi dan diobati,” terangnya.
Oleh sebab itu, menjadi tanggungjawab lintas sektor agar kasus kusta dapat tereliminasi.
“Kolaborasi bersama Dinas Kesehatan Kota Ambon, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta program KATAMATAKU yang ditindaklanjuti di Maluku dalam hal ini Kota Ambon melalui sosialisasi penyembuhan sehingga makin banyak penderita yang mau terbuka sebab kusta bukan penyakit yang harus disimpan atau merupakan aib. Pasalnya, jika pasien sering melakukan kontak bersama dalam rumah maka kusta bisa juga mengenai anggota keluarga lain. Kusta bisa menyerang bukan hanya di kulit tetapi juga mata maupun saraf,” jelasnya panjang lebar.
Ditambahkan, pihaknya sangat bersyukur dengan adanya program KATAMATAKU.
“Tim Identifikasi Tanda-Tanda Mata, Ekstremitas Kulit pada Penderita Kusta (KATAMATAKU) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melaksanakan Program Sehat Untuk Pasien Kusta yang dikemas dalam kegiatan pengabdian masyarakat, berlangsung di Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura, Jumat 10 Maret 2023 lalu. Semoga rintisan mereka di Kota Ambon bisa menyamai keberhasilan di RS dr. Sitanala, Tangerang dan semoga juga bisa menggeser posisi Indonesia dari urutan ketiga dunia maupun Maluku dari urutan ketiga di Indonesia,” pungkasnya. (MT-01)