Taso : Presisi, Kembangkan Bakat Siswa Sesuai Kearifan Lokal

by -123 Views

Amahusu,moluccastimes.com-Melalui Pameran Penguatan Karakter Siswa Mandiri Melalui Seni (Presisi), minat serta bakat siswa dikembangkan sesuai dengan kearifan lokal yang terorientasi pada siswa itu sendiri.

Demikian Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Drs. F.F Taso, M.Si disela Pameran Penguatan Karakter Siswa Mandiri Melalui Seni (Presisi) SMPN 11 Ambon, Rabu 22/11/2023.

“Presisi ini melatih siswa terlibat dalam sentuhan perasaannya, dimana melalui proses yang baik tentunya out come yang dihasilkan juga akan luar biasa dengan pengawalan guru sejak dini,” ungkap Taso.

Dikatakan karakter tidak dibentuk dari kebiasaan yang dipikir dan dilakukan secara simultan.

“Pengembangan karakter disebabkan karena kuatnya daya mengelola potensi terutama disekitar lingkungan. Ini sebenarnya adalah modal sosial yang kemudian akan disesuaikan dengan kehidupan berkelanjutan,” imbuhnya.

Disisi lain, Taso mengapresiasi Kementerian Pendidikan Ristek yang telah menggagas ide terkait Presisi.

“Walaupun saat ini Presisi belum menjadi kebijakan baku, namun di Kota Ambon beberapa sekolah telah mulai berkembang dengan Presisi. Apresiasi yang luar biasa bagi Kemendikbud Ristek karena telah memulai hal ini,” timpalnya.

Tari Kreasi Sandar Bahu & Lilin Aroma Terapy Dari Jelantah

Sementara itu Presisi yang dilakukan SMP Negeri 11 Ambon terdiri dari pagelaran seni maupun presentasi menghasilkan karya yang luar biasa diantaranya tarian kreatif Sandar Bahu.

Sandar Bahu merupakan ikon SMP Negeri 11 Ambon, dimana seluruh anggota keluarga SMP Negeri 11 Ambon dilatih untuk saling menopang, membantu dalam kondisi apapun dengan kesadaran penuh tanpa paksaan. Sandar bahu menjadi suatu kebiasaan tidak terkecuali bagi para guru. Berangkat dari sana, maka terciptalah tarian kreatif Sandar Bahu.

“Ini untuk mengingatkan kita semua bahwa Sandar Bahu merupakan hal menyenangkan yang harus menjadi tradisi di SMP Negeri 11 Ambon,” ungkap seorang guru, Julia Leiwakabessy.

Selain itu, berbagai hasil karya siswa yang dipamerkan mulai dari kerajinan tangan hingga sambal ikan. Tidak terkecuali presentasi pembuatan lilin aroma terapi oleh Lincoln Tulalessy, siswa kelas 7.

Tulalessy melihat bahwa kebutuhan lilin penting disaat lampu padam.

“Saya mulai terpikirkan untuk membuat lilin dari minyak goreng bekas (jelantah). Berminggu-minggu saya pelajari, menganalisa, dan bereksperimen. Didampingi guru yang memotivasi, akhirnya walaupun eksperimen beberapa kali gagal namun tidak menyurutkan keinginan saya untuk terus membuatnya. Berulang kali saya lakukan, dan akhirnya berakhir dengan sempurna. Lilin aroma terapi dari jelantah ini bisa menerangi gelapnya malam dengan wangi yang cukup harum,” ungkap bungsu dari tiga bersaudara itu.(MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *