Punya Story Telling Tiap Motif, Tenun Ikat Sekomandi Tembus Pangsa Internasional

by -106 Views

“Untuk mendapatkan warna benang kita menggunakan bumbu dapur seperti cabai dan rempah alami yang kemudian difermentasi, memakan waktu 10 hingga 15 hari untuk menghasilkan warna yang kuat dan tahan lama. Untuk mendapatkan satu warna saja, prosesnya bisa diulang tiga kali. Dari situ baru masuk ke tahap pengikatan motif dan penenunan,” jelasnya.

Makassar,moluccastimes.id-Indonesia memiliki keragaman kearifan lokal sebagai aset budaya yang mampu mendatangkan devisa. Salah satu diantaranya adalah kerajinan Tenun Ikat Fenisa 05, merupakan salah satu usaha mikro kecil menengah (UMKM) binaan Bank Indonesia (BI) yang berada di Jalan Telegraph III Blok C3 No. 55, Telkomas, Kelurahan Berua, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

“Usaha tenun ikat itu merupakan usaha warisan dari orangtua, dengan keunikan bahwa setiap motif memiliki cerita tersendiri,” ujar pemilik usaha Tenun Ikat Fenisa 05, Lindayati, disela kunjungan rombongan  Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku, Kamis 09/10/2025.

Fenisa 05 dikenal sebagai salah satu UMKM penghasil Tenun Ikat Sekomandi, tenun khas Sulawesi Selatan yang sarat makna.

“Nama Sekomandi sendiri berasal dari dua kata, Seko yang berarti persahabatan dan kekerabatan, serta Mandi yang berarti kekuatan dan ketegasan. Filosofi itu tercermin dalam proses panjang dan penuh ketelitian dalam setiap helai kain. Banyak orang saat mengetahui harganya mahal, mereka agak terkejut. Mahal itu karena kita harus melalui proses yang panjang untuk mendapatkan benang yang kemudian diproses menjadi kain,” cerita wanita yang mulai menekuni usaha tenun ini sejak 2007.

Ibu lima anak itu menjelaskan, proses pewarnaan benang masih dilakukan secara tradisional.

“Untuk mendapatkan warna benang kita menggunakan bumbu dapur seperti cabai dan rempah alami yang kemudian dilakukan proses fermentasi dapat memakan waktu 10 hingga 15 hari untuk menghasilkan warna yang kuat dan tahan lama. Untuk mendapatkan satu warna saja, prosesnya bisa diulang tiga kali. Dari situ baru masuk ke tahap pengikatan motif dan penenunan,” jelasnya.

Sementara untuk menghasilkan selembar kain membutuhkan proses selama tiga bulan.

“Itu tadi proses dari menghasilkan benang kemudian memproses menjadi kain dan siap dijual bisa mencapai tiga bulan. Setiap bulan, kami mampu menghasilkan 5 hingga 10 lembar kain. Metode penjualannya kita lakukan secara online menggunakan media sosial Instagram dan WhatsApp. Dan alhamdulillah, melalui media sosial, penjualan sudah menjangkau hingga luar negeri. Banyak kolektor dan pembeli dari kalangan menengah keatas yang suka karena semua dikerjakan handmade dan punya cerita dibalik motifnya,” ungkap Lindayati.

Lewat medsos, Fenisa 05 mulai viral sejak 2018.

“Kami mengikuti banyak pameran serta Granada Fashion Show Internasional 2019 dan beberapa kali Fashion Show di Jakarta. Bahkan kita pernah diundang untuk menampilkan karya tenun yang diolah menjadi jaket dan gamis hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Awalnya saya hanya jual kain, tapi karena harganya cukup tinggi, saya coba kolaborasi dengan desainer untuk buat jaket dan baju gamis. Ternyata peminatnya banyak,” beber Lindayati.

Hal menarik dari setiap pameran ataupun kunjungan wisatawan serta pembeli, dirinya selalu menyisipkan Story Telling atau cerita tentang makna dari motif yang dibuat.

“Bagi saya, menjual tenun bukan hanya soal kain, tapi juga tentang menceritakan budaya dan identitas karena itu ada cerita tersendiri dalam setiap motif yang diproses,” tandas wanita yang mengaku leluhurnya berasal dari Maluku itu.

Dengan dedikasi dan konsistensi menjaga tradisi, Fenisa 05 kini menjadi salah satu ikon UMKM tenun Sulawesi Selatan yang tidak hanya mengangkat warisan lokal, tapi juga membuktikan bahwa produk tradisional bisa menembus pasar global.
Harga kain tenun Fenisa 05 dibanderol mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 3,5 juta, tergantung pada motif dan tingkat kerumitan proses pembuatannya.

Lindayati juga menyampaikan terimakasih kepada Bank Indonesia yang memilihnya sebagai mitra.

“Semoga kolaborasi kita mampu meningkatkan perekonomian lewat kearifan lokal budaya dan tetap memantapkan langkah kita di dunia Intrenasional,” harapnya. (MT-01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *